Daerah
Lirih Melihat Telur Penyu jadi Santapan, Pemuda di Padang Dirikan Konservasi
PADANG - Telur penyu memanglah memiliki banyak manfaat, tak jarang bagi kaum pria memburu telur penyu ini. Tapi di Kota Padang, Sumatera Barat ada seorang pemuda yang merasa lirih, bila telur penyu itu jadi santapan.
Pengelolah Jambak Sea Turtle, Pati Hariyose, mengatakan, banyak manusia yang sengaja mengkonsumsi telur penyu dengan maksud mendapatkan khasiatnya. Bahkan ada aksesoris dan kebutuhan lainnya yang terbuat dari cangkang penyu, salah satunya pick gitar.
Dari ke perhatiannya itu, dia bersama temannya mendirikan sebuah konservasi penyu tepatnya di kawasan wisata pantai Pasir Jambak, Pasie Nan Tigo, Koto Tangah, Kota Padang. Konservasi itu didirikannya sejak tahun 2013 dengan modal menjual motor vespa nya.
Pria yang akrab disapa Yose ini, menyebutkan, penyu adalah hewan yang dilindungi dan hal itu terdapat Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya jo Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Dalam aturan itu menyebutkan bahwa penyu berikut bagian-bagiannya termasuk telurnya merupakan satwa yang dilindungi oleh negara. Dan peluang pemanfaatannya melalui penangkaran yang diatur PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
Tapi, kenyataannya ada manusia yang tega untuk mengkonsumsi telur penyu dan bahkan menyantap penyu-penyu tersebut. Padahal jika dipahami betul, hidup penyu itu tidaklah mudah.
Perjuangan penyu itu sudah dimulai sejak masih di dalam telur. Dimana ketika si induk mulai bertelur di kawasan pantai, sudah menjadi incaran manusia. Artinya ancaman hidup sudah dimulai dari masa jadi telur.
Di Jambak Sea Turtle, setiap telur penyu yang didapatkan di kawasan pantai Pasir Jambak itu, dipindahkan ke konservasi dan ditetaskan dengan cara menguburkan kembali telur-telur itu ke dalam pasir yang telah dibuat khusus untuk penetasan telur penyu.
Di konservasi Jambak Sea Turtle ini, telur-telur yang ditetaskannya itu membutuhkan waktu selama 55 hari, agar para tukik bisa keluar dari timbunan telur di dalam pasir.
"Kami di Jambak Sea Turtle berharap penyu-penyu itu tetap hidup aman tanpa ada ancaman dari manusia. Dan harapan semacam ini terus kami sampaikan kepada setiap orang yang terlibat dalam pelepasan tukik di Pasir Jambak Padang ini," ujarnya, Senin 6 Juli 2020.
Supaya konservasinya itu benar-benar berperan dalam edukasi, Jambak Sea Turtle pun merangkul para nelayan, dengan cara meminta kepada nelayan, apabila menemukan telur atau pun di jaring nelayan tertangkap penyu, harus dilepaskan kembali.
Soal pendanaan, Jambak Sea Turtle berdiri atas inisiasi dirinya bersama teman-temannya, dana mendirikan konservasi itu, digunakan dana pribadi, tanpa ada suntikan dari dana pemerintah setempat.
Bahkan ia pun tidak segan menjual sejumlah motor vespa nya, demi untuk memodali membangun tempat konservasi penyu tersebut. Hingga kini, Yose, benar-benar telah menikmati hasil, karena semenjak adanya Jambak Sea Turtle, kesadaran masyarakat tentang melindungi penyu semakin membaik.