Pengamat: Tingginya Optimisme Pendidikan di Era Nadiem

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 16 November 2020.

JAKARTA – Dukungan kepada Presiden Joko Widodo agar menempatkan Nadiem Anwar Makarim sebagai menteri di kementerian hasil penggabungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) terus terjadi. Setelah politisi, sejumlah pakar pendidikan juga menegaskan Nadiem mampu melahirkan optimisme yang tinggi di dunia pendidikan Indonesia yang selama ini tidak mengalami kemajuan.  

Pengamat Pendidikan, Itje Chodidjah, mengaku selama 40 tahun berkecimpung sebagai pendidik, ia selalu menghembuskan kritik karena selalu ada yang kurang atau tak beres dari tata kelola pendidikan nasional. “Sekarang kebijakan-kebijakan yang dimunculkan Mas Menteri membuat saya adem. Memang yang dilakukan Kemendikbud era Nadiem tidak akan satu kali jadi. Pasti ada tantangan. Tapi, saya bisa melihat cahaya di ujungnya,” ungkap Itje kepada wartawan, Kamis (15/4).  

Dia mencontohkan, Program Guru Penggerak yang merupakan salah satu episode Kebijakan Merdeka Belajar yang digagas Nadiem. Program ini dinilai sangat melegakan para guru dan pendidik di seluruh Indonesia. Keberadaan Program Guru Penggerak mampu menguatkan dan melembagakan aktivitas guru-guru yang semula berjalan sendirian.

Menurut Itje, bisa dibayangkan peranan dan dampak positif yang akan dihasilkan dari aktivitas ribuan guru penggerak yang tersebar di seluruh Indonesia. “Sebagai pelatih guru, bagi saya ini betul-betul program unggulan,” ungkap Itje.

Sebagai catatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meluncurkan Program Guru Penggerak sejak tahun lalu. Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama 9 bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama program, guru tetap menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru.

Sampai saat ini, proses pendaftaran guru penggerak telah memasuki Angkatan 4. Sejak awal, setiap angkatan akan terdiri dari sekitar 2.800 calon guru penggerak yang berasal dari 56 daerah di Indonesia. Sampai Maret 2021, sudah dua angkatan guru penggerak yang melangsungkan pendidikan.

Walikota Makassar, Mohammad Rhamdan Pomanto, juga menyatakan Program Guru Penggerak adalah angin segar di dunia pendidikan nasional. “Angin segar untuk dunia pendidikan Indonesia. Di Makassar sendiri saya yang awalnya pesimis kini yakin dapat di perbaiki bersama,” kata dia.

Menurut dia, Program Guru Penggerak dapat memicu guru untuk berkarya lebih baik dan menciptakan metode pendidikan yang mudah diterima anak didiknya. Dari 183 guru di Makassar, ia mengaku akan melakukan pertemuan untuk membahas dan mensosialisasikan program guru penggerak ini.

Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui penggabungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Riset dan Teknologi dalam rapat paripurna, pekan lalu. Selain penggabungan Kemendibud-Kemenristek, Jokowi sebelumnya telah bersurat kepada DPR mengenai pembentukan Kementerian Investasi.

Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Hetifah Syaifudian mengusulkan Nadiem memimpin kementerian gabungan itu. Komisi pendidikan pun menyambut baik Kemenristek digabung kembali dengan Kemendikbud yang dinilai akan meningkatkan sinergi dan peran perguruan tinggi sebagai pusat penelitian dan inovasi. Apalagi, 90% penelitian kini dilakukan oleh perguruan tinggi.

"Karena porsi tanggung jawab yang ada saat ini di Kemendikbud jauh lebih luas, maka sewajarnya Mendikbud (Nadiem Makarim) yang akan me-lead," kata Hetifah. Menurut dia, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) bisa menjadi lembaga sendiri. BRIN akan menjadi badan independen di bawah Presiden, juga perlu pemimpin yang kompeten.

Bagikan

Related Stories