Strategi Penanganan Bullying di Lingkungan Sekolah

Bullying merupakan perilaku yang tidak hanya merugikan secara fisik, tetapi juga membawa dampak emosional dan psikologis pada korban (Istimewa)

JAKARTA - Bullying atau perundungan di sekolah dapat menjadi pengalaman yang sulit bagi anak-anak. Bahkan, tidak menutup kemungkinan tindakan bullying dapat berpengaruh pada konisi anak. Oleh karena itu, hal tersebut memerlukan perhatian serius dari orang tua dan pihak sekolah.

Bullying merupakan perilaku yang tidak hanya merugikan secara fisik, tetapi juga membawa dampak emosional dan psikologis pada korban.  Tindakan ini biasanya bukan sekadar ejekan atau permainan kasar, melainkan tindakan agresif dan berulang yang dilakukan dengan niatan menyakiti, mempermalukan, atau mendominasi orang lain. 

Bullying seringkali melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan korban.

Bentuk-bentuk Bullying

Bullying bisa terjadi dalam beberapa bentuk diantaranya seperti berikut ini:

1. Fisik (pukulan, pukulan, pemukulan)

2. Verbal (menggoda, ejekan, ancaman)

3. Emosional (intimidasi dengan gerakan, pengecualian sosial, ancaman)

4. Bullying Seksual

5. Bullying Berbasis Ras

6. Cyberbullying (pelecehan online, pesan kebencian, ancaman, penyamaran, dan penyalahgunaan digital lainnya)

7. Hazing (penghinaan)

Tanda-tanda Anak Menjadi Korban Bullying

Sebagai orang tua, penting bagi Anda untuk mengenali tanda-tanda anak yang mungkin mengalami bullying. Dikutip dari laman Stomp Out Bullying, berikut adalah tanda-tanda anak mengalami bullying:

1. Anak pulang dengan pakaian, buku, atau barang hilang, rusak, atau robek.

2. Ada luka, memar, atau goresan yang tidak dapat dijelaskan.

3. Anak memiliki sedikit atau tidak ada teman untuk diajak bermain.

4. Terlihat takut pergi ke sekolah, berjalan ke dan dari sekolah, naik bis sekolah, atau berpartisipasi dalam kegiatan terorganisir dengan teman sebaya.

5. Menemukan atau membuat alasan mengapa mereka tidak bisa pergi ke sekolah.

6. Mengambil rute yang lebih lama saat berjalan ke atau dari sekolah.

7. Kehilangan minat dalam pekerjaan sekolah atau tiba-tiba mulai berprestasi buruk.

8. Terlihat sedih, murung, menangis, atau depresi saat pulang.

9. Sering mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau gangguan fisik lainnya.

10. Kesulitan tidur atau sering bermimpi buruk.

11. Kehilangan nafsu makan.

12. Terlihat cemas dan mengalami rendah diri.

Catatan: Anak-anak dengan kecacatan mungkin berisiko lebih tinggi mengalami bullying dibandingkan anak-anak lain.

Langkah yang Harus Dilakukan Orang Tua 

Lalu apa yang harus dilakukan orang tua ketika sang anak mendapatkan perilaku bullying di sekolah?

Tanda-tanda di atas menunjukkan adanya bullying, tetapi juga bisa menjadi tanda tindak kekerasan lainnya. Jika anak menunjukkan tanda-tanda ini, berbicaralah dengan mereka dan bicarakan dengan staf sekolah untuk mengetahui lebih lanjut tentang situasi tersebut.

Saat berbicara dengan anak, jangan hanya bertanya apakah mereka mengalami bullying. Sebaiknya, lakukan pendekatan yang lebih baik dengan mengatakan:

"Saya mendengar banyak tentang bullying di berita. Apakah itu terjadi di sekolahmu?"

"Saya khawatir tentangmu. Adakah anak di sekolah yang mungkin mengganggumu atau mem-bullymu?"

"Adakah anak di sekolah yang menggoda kamu dengan cara yang jahat?"

"Adakah anak di sekolah yang sengaja meninggalkan atau mengecualikanmu?"

Beberapa pertanyaan yang lebih halus:

"Apakah kamu punya teman khusus di sekolah tahun ini? Siapa mereka? Dengan siapa kamu sering bersama?"

"Dengan siapa kamu duduk saat makan siang dan di bus sekolah?"

"Adakah anak di sekolah yang sebenarnya tidak kamu sukai? Mengapa kamu tidak menyukainya? Apakah mereka pernah mengganggumu atau mengecualikanmu dari sesuatu?"

Jika anak-anak atau remaja Anda menjadi korban bullying, jangan terlalu panik. Pastikan mereka tahu bahwa Anda mencintai mereka dan tegaskan bahwa ini bukan kesalahan mereka. Pastikan anak paham bahwa Anda akan membantu mereka. Beri tahu mereka bahwa mereka bisa berbicara dengan Anda tentang apapun.

Ketika pendekatan kepada anak sudah Anda lakukan, saatnya berbicara dengan pihak sekolah.Hubungi atau atur janji untuk berbicara dengan guru mereka. Guru mungkin berada dalam posisi terbaik untuk memahami hubungan antara anak dan teman sebayanya di sekolah.

Bagikan keprihatinan Anda tentang anak dan tanyakan kepada guru pertanyaan seperti:

"Bagaimana hubungan anak dengan murid lain di kelasnya?"

"Dengan siapa dia menghabiskan waktu luang?"

"Apakah Anda pernah menyadari atau mencurigai bahwa anak diintimidasi oleh murid lain?" 

Anda juga bisa memberikan beberapa contoh cara anak-anak dan remaja diintimidasi sehingga guru memahami bahwa Anda tidak hanya fokus pada satu bentuk bullying.

Minta guru berbicara dengan staf dan karyawan lain yang berinteraksi dengan anak di sekolah untuk melihat apakah mereka pernah melihat anak diintimidasi oleh teman sebayanya.

Jika Anda tidak merasa nyaman berbicara dengan guru anak, atau tidak puas dengan percakapan itu, buat janji untuk bertemu dengan konselor bimbingan atau kepala sekolah anak untuk membahas kekhawatiran ini.

Apabila Anda telah yakin bahwa anak mengalami bullying, ambil tindakan cepat karena bullying dapat memiliki efek serius pada anak dan remaja.

Setelah proses berbicara dengan anak dan sekolahnya sudah ANda lakukan dan Anda tidak merasa bahwa anak mengalami bullying, tetap waspada terhadap masalah lain yang mungkin dihadapi anak, seperti masalah serius yang dapat menyebabkan depresi, isolasi sosial.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 02 Mar 2024 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 05 Mar 2024  

Editor: Redaksi Daerah
Redaksi Daerah

Redaksi Daerah

Lihat semua artikel

Related Stories