Nasional
TdS 2020 Ditiadakan, Sumbar Merugi Miliaran Rupiah
PADANG - Pemerintah Provinsi Sumatera Barat resmi menyatakan tidak menyelenggarakan event balap sepeda internasional Tour de Singkarak (TdS) pada tahun 2020 ini. TdS merupakan event tahunan Sumatera Barat yang memiliki konsep olahraga dan pariwisata.
Alasan ditiadakannya TdS 2O2O, karena Indonesia serta beberapa negara lainnya masih dilanda wabah COVID-19. Sehingga mem perhitungan persoalan dampak terburuk COVID-19, maka TdS 2020 ditiadakan dulu dan akan kembali pada tahun 2021 mendatang.
Lantas, bagaimana dampak dari perekonomian Sumatera Barat akibat dari tidak diselenggarakannya TdS 2020, yang sudah menjadi news value promosi pariwisata di Sumatera Barat. Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Barat, Novrial mengatakan, penyelenggara TdS adalah salah satu cara untuk mempromosikan pariwisata Sumatera Barat ke taraf internasional.
Kini, masyarakat Sumatera Barat harus menerima keadaan karena TdS 2020 harus ditiadakan di tahun ini. Menghitung dampaknya, Novrial menyebutkan ada tiga persoalan dapat dirasakan akibat dari tidak diselenggarakannya TdS 2020.
"Menghitung secara detail tentunya akan sulit. Tapi setidaknya ada tiga hal yang menjadi tolak ukur dampak dari tidak diselenggarakannya TdS 2020," katanya, ketika dihubungi KabarMinang.id, Senin 6 Juli 2020.
Ia menjelaskan dampak ekonomi yang pertama itu adalah kehilangan news value sebagai kekuatan TdS. Dimana secara tidak langsung pelaksanaan event TdS membuat orang kenal dan ingin datang ke Sumatera Barat
Kadua adalah jumlah kunjungan, dan fresh money yang masuk sebagai belanja wisatawan yang datang karena TdS. Katakan saja wisatawan mancanegara yg datang sekitar mungkin sekitar 300 orang saja dengan data spending versi Badan Pusat Statistik (BPS) Rp11 juta perkunjungan. Serta katakan juga wisman yang datang 200.000 selama 5 hari dengan belanja harian versi BPS katakan Rp650 ribu per hari.
"Jika ditotalkan secara ekonominya ada sekitar miliaran rupiah perputaran uang dengan diselenggarakan TdS itu. Uang itu berputar dari pelaku UMKM, perhotelan, jasa transportasi dan hal lainnya," jelas Novrial.
Selanjutnya yang ketiga adalah nilai efisiensi dari ongkos transportasi produk-produk lintas wilayah, dimana ada banyak jalan yang diperbaiki untuk dilalui rute pebalap TdS. Sebab dengan jalan diperbaiki, akan berdampak baik kepada perekonomian masyarakat di kawasan jalan tersebut.
"Jadi memang sulit untuk mengukur jumlah pastinya. Tapi secara umum dapat dipahami dari 3 perspektif itu," tegasnya.