Terlihat Sepele, 7 Kebiasaan Ini Ternyata Menghambat Frugal Living

Sering Tidak Disadari, 7 Kebiasaan Buruk Ini Justru Merusak Frugal Living! (Freepik/benzoix)

JAKARTA  – Pernah melihat isi rekening di akhir bulan lalu bertanya-tanya, “Ke mana perginya semua uangku?” Tenang, kamu tidak sendirian. Kondisi finansial yang terasa rapuh ini sering kali bukan disebabkan oleh pendapatan yang kurang, melainkan kebiasaan belanja kecil yang perlahan menguras uang tanpa kita sadari.

Hidup hemat atau frugal living bukan sekadar memangkas pengeluaran, melainkan mengelola uang dengan lebih cerdas dan menetapkan prioritas yang tepat. Banyak orang merasa sudah berhemat, tetapi justru tersandung oleh kebiasaan-kebiasaan sederhana yang diam-diam menggagalkan usaha tersebut.

Bayangkan keuanganmu sebagai sebuah ember yang bocor. Kamu boleh saja terus menambahkan air (uang), tetapi selama kebocorannya (kebiasaan belanja buruk) tidak ditutup, ember itu tak akan pernah terisi penuh. Kabar baiknya, tidak seperti banyak masalah finansial lain yang berada di luar kendali, kebiasaan belanja buruk sepenuhnya bisa kamu perbaiki sendiri.

Dengan mengenali dan mengubah kebiasaan tersebut, kamu bisa membangun pondasi keuangan yang mendukung, bukan malah menghambat, pencapaian tujuan hidupmu.

Kebiasaan Buruk yang Tanpa Sadar dapat Merusak Frugal Living

Dilansir dari berbagai sumber, berikut kebiasaan buruk yang tanpa sadar merusak frugal living:

1. Belanja karena Emosi

Kita semua pasti pernah mengalaminya, setelah hari yang melelahkan di tempat kerja, kita memberi hadiah pada diri sendiri dengan membeli sesuatu yang menyenangkan. Atau mungkin saat sedang merasa sedih, belanja sejenak tampak seperti cara yang tepat untuk memperbaiki suasana hati.

Belanja karena emosi ini bisa menimbulkan siklus yang berbahaya, kita mengeluarkan uang untuk merasa lebih baik, merasakan lega sementara, lalu muncul rasa bersalah atau cemas akibat pengeluaran tersebut, yang kemudian memicu emosi negatif lagi dan bisa membuat kita belanja lagi.

Buat aturan 24 jam untuk setiap pembelian yang tidak penting. Saat keinginan untuk membeli muncul, masukkan barang tersebut ke daftar keinginan dan tunggu selama satu hari penuh sebelum memutuskan. Periode pendinginan ini membantu meredakan emosi, sehingga otak rasionalmu bisa membuat keputusan dengan lebih bijak.

2. Hidup Tanpa Anggaran

Apakah kamu familiar dengan aturan 45-35-20? Ini adalah kerangka anggaran di mana 45% penghasilan dialokasikan untuk kebutuhan pokok, 35% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan serta pembayaran utang. Baik menggunakan aturan ini maupun metode lain seperti 50-30-20, memiliki sistem anggaran sangat penting.

Tanpa anggaran, kamu ibarat menjalani kehidupan finansial sambil menutup mata. Tidak ada batasan jelas untuk pengeluaran, tidak ada rencana menabung, dan sulit melacak kemajuan menuju tujuan keuangan.

Mulailah dengan anggaran sederhana yang hanya mencakup tiga kategori, Pengeluaran Tetap (sewa, tagihan, cicilan), Kebutuhan Variabel (belanja bahan pokok, bensin, pakaian dasar), dan Keinginan (hiburan, makan di luar, belanja). Cobalah kurangi pengeluaran untuk keinginan sekitar 10% bulan ini dan alihkan uang tersebut langsung ke tabungan.

3. Terlalu Fokus pada Harga, Bukan Kualitas

Banyak orang beranggapan hidup hemat berarti selalu memilih barang termurah. Padahal, produk yang murah seringkali cepat rusak dan justru menimbulkan biaya tambahan di kemudian hari. Hal inilah yang perlu dipertimbangkan ulang ketika menjalani gaya hidup frugal living.

Prinsip frugal living yang sesungguhnya lebih menekankan cost per use. Artinya, kita menghitung biaya sebenarnya dari sebuah barang berdasarkan seberapa sering dan lama kita menggunakannya. Barang yang tahan lama dan fungsional justru lebih hemat dalam jangka panjang, meskipun harganya lebih tinggi saat pertama kali dibeli.

4. Terlalu Menunda Pembelian Penting

Hidup hemat tidak berarti menunda setiap pembelian sampai benar-benar mendesak. Banyak orang yang terlalu hemat justru berisiko rugi lebih besar karena menunda hal-hal yang seharusnya segera dilakukan.

Contohnya, menunda servis motor untuk menghemat biaya kecil, padahal akhirnya harus mengganti suku cadang yang lebih mahal. Atau menunda membeli peralatan dapur yang efisien, sehingga sehari-hari tetap menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga.

5. Salah Menganggap Keinginan sebagai Kebutuhan

Kopi merek mahal itu bukanlah kebutuhan, meski otakmu di pagi hari mencoba meyakinkan sebaliknya. Saat kamu secara mental mengubah keinginan menjadi kebutuhan, kamu memberi izin untuk mengeluarkan uang untuk hal yang tidak penting, sementara kebutuhan sebenarnya atau tabungan bisa terabaikan.

Untuk setiap pembelian, tanyakan pada diri sendiri, “Apa yang akan terjadi jika aku tidak membeli ini?” Jika konsekuensinya serius (misalnya kelaparan, kehilangan tempat tinggal, atau tidak bisa bekerja), itu termasuk kebutuhan.

Jika hanya menimbulkan kekecewaan atau ketidaknyamanan, itu hanyalah keinginan. Ini bukan berarti kamu tidak boleh membeli keinginan sama sekali, tetapi penting untuk jujur mengenali apa yang sebenarnya kamu butuhkan.

6. Mengabaikan Nilai Waktu dalam Keputusan Finansial

Seringkali seseorang merasa hemat karena menghabiskan berjam-jam membandingkan harga untuk sebuah barang. Padahal, waktu juga memiliki nilai ekonomi. Jika perbedaan harga kecil tapi memakan waktu berjam-jam, sebenarnya kita justru kehilangan nilai waktu produktif yang lebih besar.

Inilah salah satu kebiasaan yang tanpa sadar bisa merusak frugal living. Kita cenderung mengabaikan pentingnya nilai waktu dalam pengambilan keputusan finansial, padahal prinsip frugality seharusnya menekankan efisiensi secara keseluruhan, bukan hanya fokus pada nominal rupiah.

7. Mengabaikan Pendidikan Finansial

Mungkin kebiasaan belanja buruk yang paling berbahaya adalah tidak meluangkan waktu dan usaha untuk meningkatkan literasi keuangan. Saat kamu tidak memahami konsep dasar keuangan, risiko melakukan kesalahan, menjadi korban praktik predatori, atau melewatkan peluang untuk berkembang akan lebih tinggi.

Luangkan setidaknya 15 menit setiap hari untuk belajar tentang keuangan. Ikuti pakar finansial terpercaya di media sosial, dengarkan podcast tentang keuangan pribadi saat perjalanan, atau baca beberapa halaman buku tentang uang sebelum tidur.

Usaha kecil yang konsisten untuk menambah pengetahuan finansial akan memberikan hasil yang signifikan seiring waktu.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 16 Nov 2025 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 17 Nov 2025  

Editor: Redaksi Daerah
Redaksi Daerah

Redaksi Daerah

Lihat semua artikel

Related Stories