Nasional
Transformasi Ekonomi China: dari Kemiskinan Menuju Dominasi Global
JAKARTA - Pada tahun 2025, China kembali menegaskan dominasinya sebagai kekuatan ekonomi global dengan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai US$19,231 triliun (setara dengan Rp312.926 triliun). Negeri tirai bambu ini tetap menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia, hanya kalah dari Amerika Serikat.
Pertumbuhan ekonomi China juga tetap solid, dengan laju 5,4% pada kuartal pertama 2025, menurut data dari Biro Statistik Nasional China (NBS). Angka ini mencerminkan kemampuan negara tersebut menjaga momentum pertumbuhan di tengah perlambatan ekonomi global.
- Cek Harga Tiket dan Link Pembelian Konser Muse di Jakarta
- 5 Fakta Soal Izin Tambang Nikel Keluarga Aguan di Raja Ampat yang Kini Dicabut
- HP Awak Kabin Garuda Hilang, Begini 6 Cara Lindungi Data Pribadi Saat Bepergian
Pendapatan Meningkat, Inflasi Terkendali
Dilansir data resmi pemerintah China, Rabu, 11 Juni 2025, PDB per kapita China juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2024, angka ini mencapai US$13.306 (sekitar Rp216,547 juta), naik dari US$12.959 (sekitar Rp210,862 juta) pada 2023.
Capaian tersebut bukan hanya mencerminkan keberhasilan ekonomi makro, tapi juga peningkatan kesejahteraan rata-rata warga negara China secara keseluruhan
Di sisi lain, China berhasil menjaga inflasi tetap rendah, rata-rata di bawah 2%. Stabilitas harga yang terkendali menjadi salah satu faktor utama dalam menciptakan iklim investasi dan konsumsi domestik yang sehat.
Selain sektor riil, kekuatan China juga terlihat pada sektor keuangan. Negara ini memiliki aset keuangan terbesar kedua di dunia, senilai US$17,9 triliun (setara Rp291.233 triliun) pada tahun 2021, menunjukkan perkembangan luar biasa pada lembaga keuangan nasional.
Hal ini didukung oleh pengawasan ketat dari People’s Bank of China (PBOC) dan penerapan kebijakan moneter yang terukur sesuai dengan arah rantai komando yang dipegang oleh Partai Komunis China dibawah kepemimpinan Xi Jinping.
- Yuk Belajar dari Nokia, Raksasa yang Tumbang karena Enggan Berubah
- AS-China 'Berdamai' di Inggris, Efeknya Sampai ke Kantong Kita Loh!
- Melemah Tipis, LQ45 Hari Ini Ditutup di 810,47
Dari Mao ke Xi: Perjalanan Panjang Reformasi Ekonomi
Ekonomi China tidak selalu sebesar dan sekokoh sekarang. Pada masa Mao Zedong, fokus pembangunan adalah industrialisasi cepat dengan pendekatan komunis terpimpin. Meskipun banyak kebijakan ekonomi saat itu bersifat sentralistik dan sering kali kontroversial, fondasi ekonomi nasional mulai dibentuk.
Perubahan besar datang di era Deng Xiaoping, ketika ia memperkenalkan kebijakan “Reform and Opening Up” pada tahun 1978. China membuka diri terhadap investasi asing, memperbolehkan pertumbuhan ekonomi pasar di wilayah tertentu, dan memulai proses modernisasi ekonomi.
Di era kepemimpinan Jiang Zemin dan Hu Jintao, China masuk ke era keemasan ekspor. Bergabungnya China ke WTO pada tahun 2001 menjadi tonggak sejarah globalisasi ekonomi negeri tersebut. Saat itulah China mulai dikenal sebagai pabrik dunia, mendorong pertumbuhan dua digit selama lebih dari satu dekade.
Kini, di bawah Xi Jinping, arah kebijakan ekonomi tidak hanya berfokus pada ekspansi, tapi juga pada inovasi dan kemandirian teknologi. Lewat inisiatif Belt and Road, China memperluas pengaruh ekonominya ke berbagai belahan dunia, sembari memperkuat posisi sebagai kekuatan teknologi, digitalisasi, dan energi hijau.
Meski impresif, China menghadapi sejumlah tantangan, termasuk ketimpangan ekonomi antardaerah, tekanan demografi, serta dinamika geopolitik dengan negara-negara Barat.
Namun, dengan kekuatan fiskal dan perencanaan jangka panjang yang terstruktur, banyak analis percaya bahwa China akan terus memegang peranan penting dalam ekonomi global.
Dengan keberhasilan menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi rendah, dan peningkatan pendapatan per kapita, China hari ini adalah hasil dari puluhan tahun rekayasa kebijakan ekonomi dan ketekunan politik. Dari negara agraris tertutup, kini China menjadi ikon kekuatan ekonomi abad ke-21.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 11 Jun 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 12 Jun 2025