Transisi Energi, ASEAN Butuh Dana hingga Rp43,4 Kuadriliun

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.jpeg (null)

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut, ASEAN membutuhkan pendanaan dari negara maju dan institusi Gas Energy Partnership sebesar US$29,4 triliun atau Rp43,4 kuadriliun (kursr Rp14.900 dolar AS) untuk pelaksanaan transisi energi dengan 100% energi baru dan terbarukan (EBT) pada 2050.

Maka kata Arifin, diperlukan dukungan pendanaan dari negara maju dan juga institusi finansial global seperti gas energi partnership dan ASEAN net zero community.

"Berdasarkan laporan IRENA, ASEAN membutuhkan pembiayaan sebesar US$29,4 triliun pada tahun 2050 untuk pelaksanaan transisi energi dengan 100 persen EBT," kata Arifin saat Kick-off Keketuaan Indonesia di ASEAN untuk Sektor Energi, secara virtual pada Jumat, 31 Maret.

Saat ini kawaasan ASEAN memiliki sumber energi baru dan terbarukan (EBT) lebih dari 17.000 Gigawatt untuk mencapai target percepatan transisi energi.

Sedangka untuk jangka pendek, porsi EBT pada bauran energi ditargetkan mencapai 23% dan porsi EBT pada kapasitas pembangkit sebesar 35% di tahun 2025 sesuai ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC).

Arifin mengatakan, dalam tercapainya Net Zero pada tahun 2050 atau jangka panjang. Ia mendorong seluruh anggota ASEAN untuk mendeklarasikan target NZE pada ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) ke-41 pada Agustus 2023.

Serta peningkatan pemanfaatan energi baru dan terbarukan secara masif, pengembangan teknologi bersih, pembangunan rantai pasok regional yang berkelanjutan, percepatan transfer teknologi, pengetahuan, keahlian antarnegara ASEAN, dan pendanaan dari negara maju. (sijori.id)

Editor: Egi Caniago

Related Stories