Kamis, 09 Februari 2023 22:03 WIB
Penulis:Egi Caniago
Editor:Egi Caniago
Investasi telah menjadi salah satu jalan yang digunakan masyarakat untuk mendukung kemerdekaan finansial. Berbagai instrumen dan strategi investasi juga banyak ditemui demi mencapai imbal hasil yang diharapkan.
Head of Wealth Management Mirae Asset M. Arief Maulana memiliki kiat dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu seperti sekarang. Ia menyarankan investor untuk menggunakan strategi alokasi aset (asset allocation) di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan, baik nasabah ritel maupun korporasi.
Ia menjelaskan, salah satu tujuan menggunakan strategi asset allocation adalah membagi investasi ke dalam beberapa instrumen yang berbeda sehingga mendapatkan manfaat diversifikasi risiko yang lebih baik.
“Salah satu instrumen yang lebih stabil ketika ekonomi global sedang berada pada tren pengetatan kebijakan moneter adalah reksa dana pasar uang,” ujarnya melalui riset yang diterima TrenAsia.com jejaring, KabarMinang.id Kamis, 9 Februari 2023.
Arief mengatakan, keunggulan reksa dana pasar uang dibanding instrumen pasar uang lain adalah adanya insentif pajak, tidak ada fee beli-jual, portofolio yang terdiversifikasi, likuid karena penarikan dana bisa setiap waktu, dan nilai minimal investasi yang rendah.
Di dalam reksa dana pasar uang, lanjut dia, ada instrumen tabungan, deposito, dan efek utang bertenor kurang dari satu tahun.
“Saat ini kami sangat sarankan investor korporasi dan institusi agar melakukan asset allocation sebagian besar portofolionya ke dalam reksa dana pasar uang,” tambahnya.
Terkait kondisi ekonomi saat ini, Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta Utama menilai inflasi global dan nasional dapat terjaga sehingga baik The Fed maupun Bank Indonesia (BI) menunjukkan sinyal kenaikan suku bunga akan lebih ditahan.
Dengan iklim yang lebih kondusif itu, Nafan melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai stabil menguat sejak awal tahun diprediksi akan melanjutkan penguatan.
Secara teknikal, indikator stochastic dan RSI yang masih positif membuat prediksi IHSG akan konsolidasi bullish dengan rentang pergerakan 6.816 – 7.000 untuk Februari 2023.
“Dari enam sektor yang masih underperform indeks, sektor yang memiliki potensi terbesar untuk outperform IHSG yaitu keuangan dan barang konsumsi siklikal,” jelas Nafan.
Pada kesempatan yang sama, Senior Research Analyst Mirae Asset Robertus Hardy mengatakan kondisi ekonomi tahun ini masih akan positif bagi sektor otomotif dan telekomunikasi dibanding sektor lain.
Untuk sektor telekomunikasi, lanjutnya, belanja komunikasi dan data masyarakat akan bertumbuh pada tahun pemilu dan masa persiapannya seperti sekarang, dengan saham pilihan utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan rekomendasi trading buy dan target harga Rp4.500 per lembar.
“Untuk sektor otomotif, tahun politik biasanya akan memicu peningkatan mobilisasi masyarakat, ditambah potensi adanya insentif rencana pemberian subsidi dari pemerintah bagi motor dan mobil listrik yang membuat kami optimistis sektor tersebut dapat menjadi pilihan di tengah tahun politik dan ancaman inflasi,” pungkasnya. (TrenAsia.com)