Minggu, 06 November 2022 20:38 WIB
Penulis:Egi Caniago
Editor:Egi Caniago
Emiten produk kelapa sawit PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mengantongi penjualan sebesar Rp3,910 triliun pada kuartal III-2022. Angka tersebut naik tipis 0,12% dari September tahun lalu yaitu Rp3,905 triliun.
Dari laporan keuangan perusahaan, kenaikan itu disumbang oleh penjualan kecambah sebesar 20% dari Rp107 miliar menjadi Rp128 miliar dan juga oleh lain-lain, yang semula Rp20 miliar menjadi Rp24 miliar. Penurunan justru ada pada produk kelapa sawit yang semula Rp3,777 triliun menjadi Rp3,758 triliun.
Sementara pada laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengalami lonjakan yang cukup signifikan, dari sebelumnya Rp509 miliar menjadi Rp806 miliar atau naik 58,20%.
Adapun beban penjualan dan pemasaran perusahaan mengalami penurunan dari Rp77 milar menjadi Rp73 miliar.
Lain halnya dengan beban umum dan administrasi yang mengalami pertumbuhan dari Rp177 milar menjadi Rp183 miliar, diikuti oleh pendapatan lainnya menjadi Rp107 miliar dan beban lainnya Rp97 miliar.
Hal itu berimbas pada kenaikan laba usaha SGRO menjadi Rp1,22 triliun atau naik sebesar 31,1% dari periode sebelumnya yakni Rp933 miliar.
Sementara dari sisi aset, total aset yang dimiliki oleh SGRO melonjak dari Rp9,75 triliun menjadi Rp10,38 triliun. Diikuti oleh liabilitas sebesar Rp5,23 triliun.
Sebelumnya, SGRO memproyeksikan volume produksi tandan buah segar (TBS) tahun ini tumbuh 4-6% dibandingkan realisasi produksi tahun lalu.
Pada tahun 2021, perusahaan mencatatkan produksi TBS sebesar 1,80 juta ton. Direktur Utama SGRO Budi Halim membeberkan, kondisi cuaca pada awal tahun ini kurang baik karena curah hujan sangat tinggi.
"Namun di semester II-2022 produksi akan mencapai puncaknya sehingga hasil panen jauh lebih tinggi dibandingkan realisasi di semester I-2021," katanya.
Lebih lanjut, Budi juga menyampaikan, saat ini perusahaan belum bisa memberikan bocoran target volume produksi sepanjang 2023.
Namun, melihat kondisi curah hujan yang membaik di akhir tahun, Budi optimis volume produksi 2023 akan lebih baik dibandingkan 2022. (TrenAsia.com)