Kamis, 14 Juli 2022 18:18 WIB
Penulis:Sutan Marajo
Editor:Redaksi
Laporan dari Rusia menunjukkan negara tersebut sedang mengembangkan rudal balistik anti-kapal, atau ASBM. Kelas senjata yang populer dijuluki 'pembunuh kapal induk’.
Proyek rudal yang sebelumnya tidak diketahui ini dikenal dengan nama Zmeyevik. Senjata tersebut berpotensi memperkuat strategi anti-akses/area denial Kremlin yang saat ini sudah mencakup berbagai rudal pertahanan pantai dan rudal anti-kapal hipersonik yang sedang dikembangkan.
Kantor berita negara Rusia TASS mengutip dua sumber yang tidak disebutkan namanya melaporkan Zmeyevik telah dikembangkan cukup lama. Rudal tersebut terutama ditujukan untuk menargetkan kombatan permukaan besar, termasuk kapal induk. Senjata juga menggabungkan rudal balistik dengan hypersonic glide vehicle (HVG) pada maneuver tahap akhir.
Salah satu sumber yang sama menggambarkan Zmeyevik mirip dengan DF-21D dan DF-26B China. Rudal akan akan memiliki jangkauan sekitar 2.500 mil.
Rincian status pengembangan Zmeyevik saat ini tidak diberikan. TASS mengatakan telah mendekati perusahaan NPO Mashinostroeniya untuk memberikan komentar. Ini seperti menunjukkan bahwa ini kemungkinan besar biro desain ini yang bertanggung jawab pada pengembangan rudal tersebut. Namun Perusahaan tidak menanggapi. Biro desain ini dikenal yang memproduksi rudal anti-kapal hipersonik Zirkon, HGV Avangard , dan sistem pertahanan pantai Bastion dan rudal supersonik Onyx.
Rudal balistik antikapal akan memberikan benteng pertahanan pantai Rusia semakin mumpuni. Tetapi tentu saja penggunaan rudal semacam ini membutuhkan data intelijen, pengawasan dan pengintaian yang sangat kuat. Ini karena jangkauan rudal yang sangat jauh. Rudal juga membutuhkan kemampuan penargetan dan juga panduan terminal yang kuat.
Salah satu opsi bagi Rusia adalah menggunakan sistem over-the-horizon untuk peringatan dan penargetan, sensor berbasis ruang angkasa, serta armada pesawat patroli maritim jarak jauh. Tidak seperti China, Rusia saat ini tidak memiliki armada drone dengan ketinggian tinggi dan tahan lama yang dapat membantu menemukan armada musuh dan menyampaikan informasi penargetan tersebut ke unit rudal. Meskipun tentu saja kondisi ini bisa berubah di masa depan.
China selama ini dikenal sebagai negara yang mengembangkan senjata kelas ini. Dan sekarang, tampaknya Rusia juga mencoba untuk menerjunkan senjata dalam kategori serupa. Meskipun tidak ada rincian jenis platform peluncuran yang akan digunakan Zmeyevik, sasis truk yang sangat mobile, seperti yang digunakan oleh rudal China dan oleh rudal pertahanan pantai mobile Rusia lainnya tampaknya sangat mungkin.
Rudal DF-21D adalah medium-range ballistic missile (MRBM). Rudal balistik yang didefinisikan dengan jangkauan maksimum antara 621 mil hingga 1.864 mil. Sementara DF-26 diklasifikasikan sebagai intermediate-range ballistic missile (IRBM). Kelas rudal yang mampu mencapai target hingga jarak antara 1.864 mil hingga 3.417 mil. Berdasarkan pejabat yang dikutip oleh TASS, Zmeyevik tampaknya lebih sebanding dengan DF-26B, dalam hal jangkauan.
Seperti DF-21D dan DF-26B, Zmeyevik akan membutuhkan hulu ledak HGV. Hal ini agar senjata memiliki kemampuan manuver yang cukup untuk menghantam kapal besar seperti kapal induk. HGV kemungkinan akan menggunakan radar dan/atau pencari inframerah untuk panduan terminal.
Bahkan ada kemungkinan Rusia mungkin mengadaptasi rudal balistik jarak pendek Iskander-M yang ada sebagai basis untuk Zmeyevik. Iskander-M telah digunakan untuk membuat rudal balistik Kinzhal yang menawarkan jangkauan antara 900 hingga 1.600 mil.
Penting juga untuk diingat bahwa Zmeyevik tidak diharapkan untuk beroperasi sendiri tetapi akan menambahkan lapisan lain dari anti akses area denial Rusia yang ada. Secara khusus, strategi A2/AD Rusia berfokus pada area maritim yang sangat penting, menciptakan apa yang disebut 'zona keterlibatan rudal super' (MEZ), seperti di Laut Hitam dan di sekitar Kaliningrad di Laut Baltik. Ini menggunakan berbagai jenis rudal anti-kapal baik yang diluncurkan dari laut, dari darat, dan dari udara.
Selain MEZ yang sudah mapan di Laut Hitam dan Baltik, Rusia juga sedang dalam proses mengembangkan kemampuan serupa di Kutub Utara, serta di Timur Jauh, di mana Kepulauan Kuril yang disengketakan menjadi fokus khusus.
Rudal baru akan memungkinkan Angkatan Laut Rusia untuk menyerang kapal perang pada jarak yang jauh lebih jauh. Jarak ini menjadikan Rusia relative lebih aman dari serangan balik.. Tidak seperti sistem pertahanan pantai lainnya, rudal balistik antikapal juga akan mampu menyerang target di area yang sangat luas tanpa harus berpindah tempat terlebih dahulu. (TrenAsia.com)