Nasional
10 Kebiasaan Sepele yang Membuat Kelas Menengah Bawah Sulit Keluar dari Zona Nyaman
JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap bahwa terdapat tekanan yang kini sedang dihadapi oleh kaum kelas menengah di Indonesia, yaitu mereka kesulitan naik kelas atas serta justru rentan jatuh ke kategori aspiring middle class atau kembali ke kelas menengah.
Tercatat per 2024, BPS mengelompokkan kelas menengah dengan pengeluaran di atas Rp2.040.262 per kapita per bulan hingga Rp9.909.844 per kapita per bulan.
Nilai median dari data pengeluaran tersebut berada di angka Rp2.846.440 per kapita per bulan, sehingga mayoritas kelas menengah memiliki pengeluaran di sekitar Rp2.846.440 per kapita per bulan. Jumlah tersebut hanya berbeda Rp806.178 dari batas bawah pengelompokkan.
- 5 Sikap Profesional yang Harus Anda Lakukan di Pekerjaan Pertama
- 5 Rekomendasi Ide Bisnis Menguntungkan Cocok untuk Mahasiswa
- Daftar Orang Terkaya Indonesia Pemilik Bisnis Tambang Batu Bara
Kelas menengah harus meningkatkan pengeluaran per kapita mereka hingga Rp7,06 juta untuk dapat naik ke kelas atas, yang tentunya bukan perkara mudah. Menurut Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, hal ini menunjukkan kelas menengah sangat rentan terhadap guncangan ekonomi yang mempengaruhi pengeluarannya.
Stabilitas keuangan sering kali tampak sulit diraih bagi banyak orang di kelas menengah ke bawah. Meskipun bekerja keras dan memiliki penghasilan tetap, banyak orang terjebak dalam siklus kesulitan ekonomi.
Dilansir dari New Trader U, Sabtu, 5 Oktober 2024, artikel ini mengupas sepuluh kebiasaan sehari-hari yang sering menghambat kemajuan finansial dan menawarkan saran praktis untuk mengatasinya. Yuk, simak!
Kebiasaan Buruk yang Bikin Kelas Menengah Bawah Sulit Naik Kelas
Berikut kebiasaan buruk yang bikin kelas menengah bawah sulit naik kelas:
1. Hidup di Luar Kemampuan
Salah satu kebiasaan yang paling merugikan adalah menghabiskan lebih banyak uang daripada dihasilkan. Hal ini sering kali terwujud melalui penggunaan kartu kredit yang berlebihan dan mengambil pinjaman pribadi untuk pembelian yang tidak penting.
Jika terus-menerus menghabiskan lebih banyak uang daripada pendapatan, Anda menghabiskan sumber daya saat ini dan menggadaikan stabilitas keuangan di masa mendatang.
Untuk menghentikan kebiasaan ini, mulailah dengan melacak pengeluaran Anda dengan cermat. Bandingkan pengeluaran Anda dengan pendapatan Anda dan identifikasi area yang dapat Anda kurangi. Pertimbangkan menggunakan kebijakan pembayaran tunai untuk pengeluaran yang tidak wajib, agar setiap pembelian terasa lebih nyata dan membantu Anda tetap sesuai dengan kemampuan finansial Anda.
2. Lalai Membuat dan Mematuhi Anggaran
Banyak orang menganggap penganggaran sebagai sesuatu yang membatasi atau menyita waktu, tetapi ini merupakan alat penting untuk kesehatan finansial. Tanpa anggaran, sulit untuk memahami ke mana uang Anda pergi dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
Membuat anggaran yang realistis melibatkan pencatatan semua sumber pendapatan dan pengelompokan pengeluaran. Mulailah dengan biaya tetap seperti pembayaran sewa atau hipotek, utilitas, dan premi asuransi. Kemudian, alokasikan dana untuk biaya variabel seperti belanjaan, hiburan, dan tabungan.
Banyak aplikasi dan alat penganggaran yang tersedia untuk menyederhanakan proses ini. Alat bantu digital ini dapat membantu Anda melacak pengeluaran secara real time dan memberikan wawasan tentang pola pengeluaran Anda. Kuncinya adalah meninjau anggaran Anda secara berkala dan menyesuaikannya sesuai kebutuhan untuk memastikannya tetap relevan dan dapat dicapai.
3. Gagal Membangun Dana Darurat
Hidup tidak dapat diprediksi, dan keadaan darurat keuangan dapat muncul kapan saja. Tanpa dana darurat, pengeluaran tak terduga seperti perbaikan mobil, tagihan medis, atau kehilangan pekerjaan dapat dengan cepat menyebabkan akumulasi utang.
Dana darurat yang ideal harus dapat menutupi biaya hidup selama tiga hingga enam bulan. Meskipun ini mungkin tampak sulit, mulailah dari yang kecil.
Anggap dana darurat Anda sebagai pengeluaran yang tidak dapat dinegosiasikan dalam anggaran Anda. Seiring bertambahnya dana, Anda akan merasa tenang karena mengetahui bahwa Anda memiliki cadangan finansial untuk menghadapi ketidakpastian hidup.
4. Perencanaan Pensiun yang Tidak Memadai
Banyak orang di kelas menengah ke bawah menunda perencanaan pensiun, karena percaya mereka tidak mampu menabung atau tidak punya cukup waktu. Mulailah menabung untuk masa pensiun dari sekarang. Kunci utamanya adalah memulai sedini mungkin dan secara konsisten menyisihkan kontribusi Anda.
5. Kehilangan Peluang Investasi
Banyak orang menyimpan tabungan mereka di rekening berbunga rendah, sehingga kehilangan peluang pertumbuhan potensial. Meskipun penting untuk memiliki tabungan yang mudah diakses, pertimbangkan untuk menginvestasikan sebagian uang Anda untuk pertumbuhan jangka panjang.
Berinvestasi tidak harus rumit atau berisiko tinggi. Dana indeks dan ETF menawarkan eksposur yang beragam ke pasar saham dengan biaya rendah. Dalam jangka panjang, opsi ini dapat memberikan potensi pengembalian yang lebih tinggi daripada rekening tabungan.
Mulailah dengan mendidik diri sendiri tentang konsep investasi dasar seperti diversifikasi dan toleransi risiko.
6. Terjerumus dalam Pembelian Impulsif
Pembelian impulsif dapat dengan cepat menggagalkan anggaran yang direncanakan dengan sangat matang sekalipun. Pembelian yang tidak direncanakan ini, yang sering kali dipicu oleh emosi atau pemasaran yang cerdik, dapat bertambah secara signifikan seiring berjalannya waktu.
Terapkan ‘periode menunggu’ sebelum melakukan pembelian yang tidak penting untuk mengekang pembelian impulsif. Misalnya, tunggu 24 jam sebelum membeli barang dengan jumlah tertentu. Jeda ini memungkinkan Anda mengevaluasi apakah pembelian tersebut sesuai dengan tujuan keuangan Anda.
Strategi efektif lainnya adalah berhenti berlangganan email promosi dan hindari window shopping atau menjelajahi toko online saat Anda tidak berniat membeli. Dengan mengurangi godaan, Anda dapat membuat keputusan belanja yang lebih bijaksana.
7. Menjadi Korban Inflasi Gaya Hidup
Seiring dengan peningkatan pendapatan, sering kali ada kecenderungan untuk meningkatkan pengeluaran secara proporsional. Kebiasaan ini, yang dikenal sebagai inflasi gaya hidup, dapat mencegah Anda memperbaiki situasi keuangan meskipun penghasilan Anda meningkat.
Saat Anda menerima kenaikan gaji atau bonus, hindari keinginan untuk segera meningkatkan gaya hidup Anda. Sebaliknya, pertimbangkan untuk mengalokasikan sebagian besar kenaikan gaji untuk tabungan atau pembayaran utang. Pendekatan ini memungkinkan Anda untuk meningkatkan kesehatan finansial Anda sambil menikmati sebagian hasil kerja keras Anda.
Misalnya, jika Anda menerima kenaikan gaji sebesar 5%, pertimbangkan untuk meningkatkan pengeluaran gaya hidup Anda hanya sebesar 2% dan alokasikan sisa 3% untuk tabungan atau investasi. Pendekatan yang seimbang ini dapat menghasilkan perbaikan finansial jangka panjang yang substansial.
8. Salah Mengelola Kredit dan Utang
Pengelolaan kredit yang buruk dapat berdampak luas pada kesehatan finansial Anda. Saldo kartu kredit yang tinggi dan pembayaran yang terlewat dapat menurunkan skor kredit Anda, yang menyebabkan suku bunga yang lebih tinggi pada pinjaman di masa mendatang dan membatasi pilihan finansial Anda.
Untuk meningkatkan pengelolaan kredit, mulailah dengan membayar semua tagihan tepat waktu. Jika memungkinkan, atur pembayaran otomatis untuk menghindari biaya keterlambatan. Kemudian, kurangi saldo kartu kredit, dengan fokus pada utang berbunga tertinggi terlebih dahulu.
9. Kurangnya Literasi Keuangan
Kurangnya pengetahuan finansial dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk dalam berbagai aspek keuangan pribadi. Banyak orang merasa kewalahan oleh konsep-konsep ekonomi dan menghindari mempelajarinya, sehingga terus menerus membuat pilihan yang tidak tepat.
Meningkatkan literasi keuangan Anda tidak memerlukan gelar di bidang ekonomi. Mulailah dengan sumber daya daring gratis, buku keuangan pribadi, atau kelas komunitas. Fokus pada pemahaman konsep dasar seperti bunga majemuk, inflasi, dan diversifikasi.
Seiring dengan meningkatnya literasi keuangan Anda, Anda akan merasa lebih percaya diri dalam membuat keputusan menabung, berinvestasi, dan mengelola utang. Pengetahuan ini memberdayakan Anda untuk mengendalikan masa depan keuangan Anda.
- Menguak Profil Wang Ning, Sosok di Balik Pop Mart yang Miliki Kekayaan Hingga Rp69,5 Triliun
- Cara Mengatasi dan Mencegah Saldo DANA yang Tiba-tiba Hilang
- Deretan Cagub Terkaya di Pilkada 2024, Hartanya Ada yang Mencapai Rp521,47 Miliar
10. Mengutamakan Kepuasan Jangka Pendek Dibandingkan Tujuan Jangka Panjang
Keinginan untuk mendapatkan keuntungan langsung sering kali mengabaikan pentingnya perencanaan keuangan jangka panjang. Meskipun menikmati hidup saat ini adalah hal yang wajar, terus-menerus memprioritaskan keinginan jangka pendek daripada kebutuhan jangka panjang dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi.
Kembangkan keseimbangan antara kesenangan saat ini dan keamanan di masa depan. Tetapkan tujuan keuangan jangka panjang yang dapat dicapai, seperti menabung untuk membayar uang muka rumah atau membangun dana pensiun. Pecahkan tujuan ini menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan mudah dikelola.
Membebaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan ini memerlukan usaha dan disiplin yang sadar, tetapi hasilnya sangat besar. Dengan mengatasi perangkap-perangkap keuangan yang umum ini, anggota kelas menengah ke bawah dapat mencapai stabilitas dan kemakmuran keuangan yang lebih baik.
Mulailah dengan mengatasi satu atau dua kebiasaan pada satu waktu. Perubahan kecil yang konsisten dapat menghasilkan perbaikan yang signifikan seiring berjalannya waktu. Dengan kesabaran, ketekunan, dan strategi yang tepat, Anda dapat mengatasi kebiasaan buruk ini dan membangun fondasi keuangan yang lebih kuat untuk diri sendiri dan keluarga. Semoga bermanfaat!
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 05 Oct 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 08 Okt 2024