4 Pemanis Buatan Ini Buruk untuk Dikonsumsi, Jangan Salah Pilih!

Waspada! Ini 4 Pemanis Buatan Terburuk untuk Dikonsumsi (unsplash.com/@towfiqu999999)

JAKARTA - Bagi Anda yang sedang menjalankan diet membatasi asupan gula, tentu tidak asing lagi dengan konsumsi pemanis buatan. Pemanis buatan saat ini kerap digunakan sebagai alternatif gula karena dianggap lebih rendah kalori atau bahkan tanpa kalori.

Melansir Dr Axe, pemanis buatan dahulu diciptakan untuk solusi bagi orang-orang yang ingin mengonsumsi makanan manis tapi takut dengan kalori yang dihasilkan gula. 

Ketika diperkenalkan, pemanis buatan tampak seperti alternatif terbaik untuk gula rafinasi dan pemanis alami dan cocok untuk diet rendah karbohidrat. Akan tetapi, ternyata pemanis buatan memiliki sejumlah efek negatif yang hingga saat ini penelitiannya masih terus dikembangkan.

Dengan berbagai jenis yang ada, berikut adalah pemanis buatan yang dipercaya memberikan efek negatif paling parah.

1. Aspartam

Penelitian pada hewan baru-baru ini yang diterbitkan dalam American Journal of Industrial Medicine, menyarankan pertimbangan ulang yang mendesak terhadap peraturan internasional terkait penggunaan aspartam karena ditemukan mengandung efek karsinogenik. Karsinogenik sendiri merupakan merupakan zat yang dapat memicu kanker.

Selain itu, penelitian menunjukkan potensi gangguan memori dan peningkatan stres oksidatif otak akibat aspartam. Ibu hamil atau menyusui harus menghindari pemanis buatan ini, karena penelitian mengaitkan konsumsinya dengan risiko lebih tinggi gangguan sindrom metabolik dan obesitas pada bayi. Selain itu, efek samping yang umum termasuk sakit kepala, migrain, gangguan mood, pusing, dan episode mania.

2. Sucralose

Sucralose awalnya diperkenalkan sebagai pengganti gula alami yang berasal dari gula pasir. sucralose sebenarnya adalah turunan sukrosa terklorinasi. 

Sucralose ditemukan tidak untuk dikonsumsi manusia karena tujuan awalnya adalah sebagai senyawa insektisida. Dengan tingkat kemanisan 600 kali lipat gula, sukralosa dapat menyebabkan kecanduan terhadap makanan yang terlalu manis. 

Penelitian dalam Journal of Toxicology and Environmental Health menyebutkan studi pada manusia dan hewan pengerat menunjukkan sucralose dapat memengaruhi kadar glukosa, insulin, dan peptida 1 mirip glukagon. Selain itu, senyawa ini tidak bersifat inert secara biologis sehingga berpotensi menyebabkan efek toksik pada tubuh.

3. Acesulfame K

Acesulfame K atau ACE K terbuat dari garam kalium yang mengandung metilen klorida. Pemanis buatan satu ini umumnya digunakan dalam permen karet bebas gula, minuman beralkohol, permen, dan yogurt manis.

Penggunaan ACE K biasanya sering kali dikombinasikan dengan pemanis buatan lainnya seperti aspartam. 

Penelitian mengenai pemanis buatan ini masih jarang walau produk ini sudah umum digunakan. Namun, metilen klorida yang terkandung dalam pemanis buatan ini diketahui memiliki efek jangka panjang seperti mual, masalah mood, potensi risiko kanker, gangguan fungsi hati dan ginjal, masalah penglihatan, dan banyak lagi jika sering dikonsumsi. 

Pemanis buatan ini tidak dapat diserap oleh tubuh sehingga diyakini dapat memberikan efek negatif pada metabolisme.

4. Sakarin

Pada tahun 1970-an, sakarin dan pemanis berbahan dasar sulfa lainnya dikaitkan dengan potensi kanker kandung kemih. Hal tersebut kemudian membuat produk-produk yang mengandung sakarin diberikan label peringatan. 

Meskipun badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat kemudian menghapus peringatan tersebut, namun banyak penelitian masih menghubungkan sakarin dengan masalah kesehatan yang serius. Meskipun demikian, sakarin tetap menjadi pemanis utama dalam obat-obatan anak-anak, seperti aspirin kunyah, sirup obat batuk, dan berbagai obat bebas dan resep. 

Sakarin sendiri diyakini berkontribusi terhadap fotosensitifitas, mual, gangguan pencernaan, takikardia, dan beberapa jenis kanker.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Bintang Surya Laksana pada 25 Nov 2023 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 27 Nov 2023  

Editor: Redaksi Daerah
Redaksi Daerah

Redaksi Daerah

Lihat semua artikel

Related Stories