Nasional
40 Persen Lahan Sawit di Bengkulu Dikelola Pekebun
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Bengkulu, Marwan Ramis menyebutkan 40 persen kebun kelapa sawit di Provinsi Bengkulu dikelola pekebun selain perusahaan dan petani sawit.
"Dari luasan lahan sawit 426 ribu hektare menurut data Kementerian Pertanian 2019, 40 persennya dikelola pekebun," kata Marwan, Minggu (28/08).
Marwan mengungkap, ketika harga tandan buah segar (TBS) sawit di daerah turun hingga Rp1.000/Kg, pekebun sawit tidak terlalu berdampak.
"Pekebun sawit yang didominasi oleh abdi negara dan pebisnis hingga kepala daerah, rata-rata memiliki 50 hektare kebun sawit. Mereka menjadikannya sebagai sampingan, jadi tidak terlalu berdampak," kata Marwan.
"Kalau setiap hektare menghasilkan minimal 800 kilogram perbulan, artinya setiap bulan kebun sawit menghasilkan Rp 36 juta hingga Rp 60 juta dengan harga TBS Rp 1.500 per kilogram," imbuhnya.
Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan petani kecil yang benar-benar hanya mengandalkan kebun sawit sebagai pendapatan utama.
“Mereka ini justru tidak pernah untung, apalagi kalau lahannya sedikit. Ketika harga TBS kelapa sawit turun, mereka semakin menderita,” ujarnya.
- Podomoro City Deli Medan Tawarkan Kondominium dan Apartemen Premium, Subsidi PPN DPR Sampai 50%
- Jelang Penutupan Agustus 2022, Sebanyak 1,9 Juta Investor Baru Padati Pasar Modal
- Catat! Ini 71 Pinjol Ilegal yang Baru Diblokir per Agustus 2022
- Ini Rekomendasi Film yang Cocok di Akhir Bulan Agustus 2022
Marwan menyebut keduanya memiliki perbedaan yang jauh. Kalau petani sawit mereka hidup dari kebun sawit, dan pekebun sawit, mereka ada penghasilan di luar kebun sawit.
Kadin sendiri memiliki catatan terkait jumlah luasan lahan di Provinsi Bengkulu. Di mana kebun sawit menyumbang 22 persen luas lahan perkebunanan selain karet, kakao, kopi dan tanaman palawija lainnya.
Tak hanya itu, luas kebun sawit Bengkulu menyumbang 2,6 persen total luas kebun kelapa sawit nasional. Terdapat sejumlah perkebunan swasta, rakyat, dan nasional yang berinvestasi di wilayah ini.
"Jadi yang selama ini berteriak naikan harga sawit adalah petani, yang estimasinya adalah 20 persen dari selain perusahaan," ungkap Marwan. (lyfebengkulu.com)