Nasional
Ahli Dermatologi UGM Ungkap Ciri Kosmetik Berbahaya yang Sering Diabaikan
JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) setiap tahun rutin menemukan dan menarik puluhan produk kosmetik serta skincare yang terbukti mengandung zat berbahaya dan dilarang penggunaannya.
Pada tahun 2025 saja, badan tersebut telah mengidentifikasi 23 produk yang mengandung bahan seperti merkuri, asam retinoat, hidrokuinon, pewarna merah K3 dan K10, hingga pewarna acid orange 7. Kandungan berbahaya dalam produk-produk tersebut tentu dapat menimbulkan risiko serius bagi kesehatan para pemakainya.
Kondisi tersebut mengundang komentar Guru Besar dan Pakar Kesehatan Kulit FKKMK UGM, Prof. Dr. dr. Hardyanto Soebono. Menurutnya peredaran kosmetik harus melalui perizinan dan jika telah memiliki basis bukti perizinan baru diperbolehkan untuk diedarkan. “Salah satu tugas BPOM adalah mengawasi obat dan kosmetik yang beredar. Di lapangan jika menemukan atau ditemukan kosmetik mengandung bahan-bahan yang berbahaya mereka harus melarang,” terangnya di FKKMK UGM, Selasa 18 November 2025.
- Bocoran Spesifikasi Vivo X300 Series yang Siap Meluncur di Pasar Indonesia
- 8 Rekomendasi Drama Korea yang Dibintangi Kim Yoo Jung Selain Dear X
- Amankah Membiarkan Charger Terus Menancap di Stop Kontak Tanpa Dicabut?
Kenapa melarang kosmetika berbahaya, Hardyanto menjelaskan jika pemakaian diteruskan maka dapat merusak kesehatan tubuh. Sebagai contoh, pemakaian merkuri yang kerap digunakan dalam produk pemutih kulit, menurutnya, memiliki efek merusak ginjal. Begitu pula penggunaan hydroquinon sebagai produk pemutih yang juga berdampak buruk bagi pengguna. Bahkan jika penggunaan dilakukan secara berlebihan akan mengakibatkan kulit rusak dan terbakar.
“Dengan pemakaian dosis terlalu tinggi, tentu bisa membuat kulit terbakar, dan jika pemakaian terlalu lama menjadikan kulit bisa menjadi hitam. Timbul flek-flek hitam dari timbunan hydroquinon yang ada di bawah kulit,” jelasnya.
Gejala Awal
Hardyanto menjelaskan terdapat gejala awal atau tanda-tanda yang bisa ditemui pada orang yang memakai produk-produk kecantikan berbahan berbahaya. Produk kecantikan yang mengandung Hydroquinone misalnya, maka akan memberi efek putih secara instan, namun kemudian akan timbul efek hitam pada kulit.
Baca juga: Inilah Daftar Kosmetik Berbahaya 2025 Versi BPOM
“Penggunaan Hydroquinone mungkin pertama bagus untuk pemutih kulit. Tapi pemakaian lebih dari dua bulan maka justru kulit akan bertambah hitam. ini dikarenakan timbunan dari hydroquinone di bawah kulit,” terangnya.
Hardyanto tak habis pikir, meski jelas-jelas berdampak buruk bagi kulit namun masih saja banyak perusahaan kecantikan menggunakan bahan-bahan berbahaya untuk mengeruk keuntungan. Karena itu.
Dia kemudian memberikan sejumlah tips guna menghindari dari produk-produk kosmetika yang mengandung bahan berbahaya. Pertama, konsumen melakukan pengamatan atau melihat tanda izin dari BPOM pada kemasan produk. Kedua, berkonsultasi dengan dokter kulit terkait permasalahan kondisi kulit. Ketiga, membuka wawasan atau memperluas edukasi terkait penggunaan kosmetik. “Edukasi ini penting untuk menghindari efek samping jangka panjang dari pemakaian kosmetik. Karena jumlah produk kosmetik sekarang ribuan,” jelasnya.
- Baca juga: Tren Industri Kosmetika Bergeser: Influencer Redup, Personal Branding dan Green Cosmetic Naik Daun
Hardyanto berharap masyarakat paham betul terkait penggunaan kosmetik. Tidak sedikit dari anak muda saat ini, disebutnya, mudah terpengaruh iklan produk kecantikan di sosial media tanpa mendalami isi kandungan produk kecantikan. Produk kecantikan yang tepat, menurutnya adalah produk yang sesuai dengan jenis kulitnya, dan yang terpenting orang mau memperhatikan atau mengetahui jenis kulitnya sendiri. Masyarakat harus paham soal ini, apakah kulitnya tergolong kering, berminyak, atau kombinasi.
“Jika berminyak tentunya menghindari kosmetik yang mengandung minyak. Kulit kering menggunakan pelembab, dan perlu juga memakai sunscreen secukupnya di siang hari. Tidak perlu berlebih-lebihan, secukupnya tergantung dari jenis kulit kita apa,” imbuhnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Amirudin Zuhri pada 18 Nov 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 20 Nov 2025
