Cuan Nih1 Hillcon (HILL) Bidik Pendapatan Naik 2 Kali dan Laba Tembus Rp700 Miliar

Karyawan beraktivitas dengan latar layar monitor pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 8 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

Calon emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Hillcon Tbk (HILL), menargetkan meraih laba bersih sekitar Rp700 miliar pada 2023, usai melakukan Initial Public Offering (IPO).

Hillcon yang merupakan perusahaan penyedia jasa konstruksi sipil dan jasa pertambangan nikel dan batu bara ini juga menargetkan pertumbuhan pendapatan tahun ini dapat mencapai 1,5 kali hingga 2 kali dari tahun sebelumnya

Hillcon akan mendapatkan Rp553 miliar dari emisi IPO setelah masa penawaran awal atau bookbuilding mengalami kelebihan permintaan 1,3 kali. Permintaan dari investor jangka panjang mendominasi saat bookbuilding HILL.

"Tingginya minat investor institusi akan saham HILL menunjukkan bahwa bisnis kami terutama pertambangan nikel merupakan industri dengan prospek pertumbuhan yang sangat cerah,” ujar CEO Hillcon Hersan Qiu.

Seusai masa penawaran awal pada 12 Januari hingga 3 Februari 2023, perkiraan tanggal efektif pada 15 Februari 2023 dan dilanjutkan dengan perkiraan masa penawaran umum pada 17 Februari 2023.

Kemudian, perkiraan tanggal penjatahan pada 21 Februari 2023, dilanjutkan dengan distribusi saham diperkirakan pada 22 Februari 2023 dan diperkirakan mulai tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 23 Februari 2023.

Hillcon menunjuk PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia dan PT Sucor Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek, dan PT Macquarie Sekuritas Indonesia sebagai penjamin emisi efek IPO HILL.

Hersan mengungkapkan 55% dana hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja anak usaha PT Hillconjaya Sakti (HS) untuk biaya produksi penambangan, termasuk biaya bahan bakar, overhead, dan pemeliharaan seluruh alat.

Sisanya, 45% akan digunakan untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk pembelian alat-alat berat seperti main fleet dan supporting fleet yang mendukung kegiatan operasional HS di sektor nikel.

Perusahaan yang beroperasi di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Utara ini meraih pendapatan sekitar Rp3,2 triliun, dengan laba induk sekitar Rp300 miliar hingga Desember 2022.

Indonesia sebagai produsen nikel terbesar dunia diperkirakan memproduksi sekitar 1,2 juta ton nikel pada tahun 2022 atau 37,5% dari produksi global.

Selain itu, memiliki 22% cadangan terbukti nikel (21 juta ton nickel metal), dengan perkiraan pangsa pasar 38% dari nikel jadi pada tahun 2024. *(TrenAsia.com)

Editor: Egi Caniago
Bagikan

Related Stories