Cuan Nih, Bitcoin, Ethereum, dan Aset Kripto Lainnya Mulai Merangkak di Zona Hijau

Satgas Waspada Investasi (SWI) meminta masyarakat untuk mewaspadai penawaran investasi aset kripto yang saat ini marak. (Pixabay)

Bitcoin dan Ethereum beserta beberapa aset kripto lainnya perlahan-lahan mulai merangkak di zona hijau dalam tujuh hari terakhir pada pantauan harga Senin, 31 Januari 2022, pukul 16.40 WIB.

Berdasarkan data Coin Market Cap, hampir semua 20 aset kripto terbesar sudah memasuki zona hijau dalam tujuh hari terakhir setelah sebelumnya mengalami kemerosotan nilai yang cukup drastis sejak awal tahun.

Adapun aset kripto yang masih berkutat di zona merah adalah Terra (LUNA) yang mengalami penurunan sebesar 26,55% dalam tujuh hari terakhir.

Bitcoin tercatat berada di harga US$37.215,31 dengan kenaikan sebesar 7,53% dan kapitalisasi pasar sebesar US$703,9 miliar.

Ethereum, mata uang kripto terbesar kedua setelah Bitcoin, menduduki harga US$2.540,61 dengan kenaikan 8,60% serta kapitalisasi pasar sebesar US$302,1 miliar.

Kenaikan dengan persentase tertinggi dipegang oleh Crypto.com Coin (CRO) dengan angka 16,36% dan berada di harga US$0,4124 serta kapitalisasi pasar sebesar US$10,4 miliar.

Sementara itu, posisi kedua dipegang oleh Chainlink (LINK) dengan kenaikan 15,06% dan memiliki nilai US$17,05 serta kapitalisasi pasar sebesar US$7,9 miliar.

Kenaikan dengan persentase terendah dipegang oleh Tether (USDT), USD Coin (USDC), dan TerraUSD (UST) yang masih berkutat di kisaran pertumbuhan 0,01% sampai 0,04%.

Sebelumnya, sebagian besar aset kripto, termasuk Bitcoin dan Ethereum, mengalami bearish besar-besaran pada awal tahun seiring dengan penurunan harga saham-saham teknologi yang terkena imbas dari kebijakan moneter The Fed.

Bitcoin bahkan pernah berada di kisaran harga US$33.000 setelah sebelumnya sempat menduduki nilai tertinggi sepanjang masa pada bulan November 2021 di kisaran US$67.000.

Meski dalam tujuh hari terakhir Bitcoin mulai memasuki zona hijau, namun dalam 24 jam terakhir Bitcoin kembali mengalami penurunan sebesar 1,98%, begitu pula dengan Ether yang turun 2,67%.

Volatilitas harga yang cukup tinggi pada pasar kripto memicu dugaan dari para ahli soal kemungkinan terjadinya crypto winter, yakni sebuah kondisi ketika nilai mata uang kripto mengalami penurunan drastis dan melemah dalam jangka waktu yang cukup lama.

Crypto winter pernah terjadi pada tahun 2018 dan saat itu seluruh harga aset anjlok hingga kurang-lebih dua tahun. 
Bitcoin pada saat itu pernah menduduki nilai terendah dalam satu tahun terakhir dengan harga US$3.502 setelah sebelumnya mencapai puncak kejayaan pertama pada akhir 2017 dengan harga yang mencapai US$19.140. (TrenAsia.com)

Editor: Sutan Kampai

Related Stories