Ekonomi
Erick Thohir Ungkap Alasan Mengejutkan Bubarnya 74 BUMN
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kembali membongkar borok yang terjadi di internal perusahaan-perusahaan pelat merah.
Dalam konferensi pers yang berlangsung di Kementerian BUMN, Rabu, 1 Desember 2021, Erick mengatakan bahwa ada begitu banyak perusahaan cangkang di BUMN yang dibentuk untuk kepentingan proyek tertentu.
"Terlalu banyak shell-shell company yang tidak efisien dan tidak efektif, buat apa kita punya. Kadang seperti ini, holdingnya sehat tapi ada anak-cucu yang menyedot keuntungan dari holdingnya, nah ini yang harus kita bongkar," katanya dikutip dari keterangan resmi, Kamis, 2 Desember 2021.
Perusahaan cangkang atau shell company adalah perusahaan yang tidak memiliki isi (pejabat struktural), operasi bisnis aktif atau aset. Saham perusahaan cangkang biasanya dipegang oleh satu orang saja yang juga berperan sebagai Presiden Direktur-nya.
- Ahok Sebut Model Bisnis BUMN Malah Merugikan Negara
- Inilah Syarat Masker yang Dianjurkan Untuk Mengatasi Penularan COVID-19 Varian Omicron
- Wali Kota Padang Serahkan Bantuan Beras Miskin untuk 200 Orang Anak Yatim
Memang perusahaan ini memiliki badan hukum atau akta pendian atau diatur secara hukum dalam yurisdiksi tertentu, tetapi tidak melakukan kegiatan operasional apapun.
Kerahasiaan perusahaan ini sangat ketat dan hanya diketahui oleh si pemegang saham, law firm-nya dan Tuhan. Perusahaan ini umumnya digunakan oleh para pengusaha dan perusahaan untuk menutupi kepemilikan suatu perusahaan resmi di negara tertentu.
Bubarkan 74 BUMN
Erick menegaskan bahwa Kementerian BUMN terus melakukan efisiensi dan konsolidasi, terutama terkait dengan anak dan cucu perusahaan BUMN. Sampai dengan saat ini, 74 anak dan cucu perusahaan BUMN telah ditutup oleh Kementerian BUMN.
Erick mengungkapkan, dari 74 anak dan cucu perusahaan BUMN yang ditutup, sebanyak 26 perusahaan dari PT Pertamina (Persero), 24 dari PT Perkebunan Nusantara Group, sedangkan sisanya (13) dari PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) atau Telkom.
Erick menegaskan, inefisiensi dalam perusahaan BUMN tidak boleh terjadi. Pasalnya, BUMN sebagai lokomotif keuangan ekonomi Indonesia harus kuat dan sehat.
Oleh karena itu, berbagai kemungkinan efisiensi akan terus dilakukan, termasuk dengan menggabungkan anak-anak perusahaan, atau pun refocusing proses bisnis dari BUMN. Sebagai contoh, konsolidasi perusahaan Energy Management Indonesia dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Karena apa? Kita ingin membuat holding-holding yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar karena yang kita lihat sekarang ini, supply change sedang terdisrupsi, container kesulitan, harga bahan pupuk naik, sekarang kan kita harus lebih efisien agar bisa bersaing," papar Erick. (TrenAsia.com)