Harap Sabar, Restrukturisasi Kredit Bermasalah Bank Bukopin Butuh Waktu 12 Bulan

Direksi Bank KB Bukopin (TrenAsia)

PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) menargetkan proses restrukturisasi kredit bermasalah (Non Performing Loan/ NPL) akan rampung pada 2023 mendatang. Maklum, pada kuartal I-2022 lalu, perusahaan mencatatkan kerugian hingga Rp1,32 triliun akibat kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) sebesar Rp1,59 triliun. 

Aset yang buruk juga tercermin dari  rasio NPL sebesar 11,76%, jauh di atas rata-rata industri perbankan nasional yang hanya di kisaran 3%. Akibatnya, meski Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan atau Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) sebenernya meningkat pesat, harus dialihkan untuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).

Direktur Keuangan Bank KB Nukopin Seng Hyup Shin menyatakan, perseroan sengaja mengalihkan pendapatan operasional untuk menutup beban pencadangan agar bisa tumbuh berkelanjutan di masa mendatang.

Saat ini perusahaan tengah fokus menangani bad loan atau kredit bermasalah, yang dimulai dengan due dilligent terhadap kualitas aset. Hasilnya nanti akan dikonsolidasikan untuk menentukan langkah-langkah penanganan bad loan. 

"Targetnya di 2023 kami terbebas dari bad loan dan memiliki rasio NPL mendekati bank lain pada umumnya,” kata dia di sela konferensi pers, Rabu, 25 Mei 2022.

Ditambahkan, ada bebeapa langkah yang disiapkan untuk menanganin bad loan, seperti perbaikan collection, proses dan policy penyaluran kredit. Perusahaan juga telah membentuk divisi khusus, special aset menegement untuk menekan rasio Loan at Risk atau LAR. 

“Sebenarnya sudah ada rencana strategi untuk beberapa tahun ke depan sehingga rasio NPL kita bisa mendekati bank - bank normal di Indonesia, tapi memang langkahnya perlu lebih kreatif lagi, misalnya dengan skema sukuk atau asset backed securities yang nanti akan kami luncurkan di tahun ini dalam dua tahap,” tambah dia.

Menurut Shin, kerugian yang diderita pada kuartal lalu sudah terrprediksi dan masih dalam kendali perusahaan. 

Seperti diketahui, pada kuartal I-2022 lalu, perusahaan mencatat Dana Pihak Ketiga (DPK)  tumbuh 7,7% dari Rp45,6 triliun pada Maret 2021 menjadi Rp49,1 triliun per akhir Maret 2022. 

Sementara penyaluran kredit terkontraksi 3% dari Rp55,9 triliun pada Maret 2021 menjadi Rp54,2 triliun per Maret 2022.

Editor: Redaksi

Related Stories