Jokowi akan Bangun Pabrik Polisilikon dan Chip Design di Jawa Tengah di Tahun 2022

Presiden Jokowi saat meresmikan Bendungan Pidekso di Wonogiri (Biro kepresidenan/soloaja)

Presiden Joko Widodo berencana membangun fasilitas chip design dan pabrik polisilikon di Provinsi Jawa Tengah tahun ini. Pembangunan kedua fasilitas ini diharapkan membangkitkan kembali ekosistem semikonduktor yang lesu selama hampir empat dekade terakhir.

"Dalam tahun ini, kita akan membangun fasilitas chip design dan pabrik polisilikon di Jawa Tengah dengan kapasitas 40 ribu ton," katanya dalam acara Peresmian Pembukaan B20 Inception Meeting secara virtual pada Kamis, 27 Januari 2022.

Kepala Negara tidak menyebutkan besaran investasi yang akan dibenamkan untuk pembangunan kedua fasilitas tersebut. Namun dia berharap pabrik tersebut bisa menyuplai kebutuhan panel surya yang kini menjadi sumber energi alternatif dalam peta jalan menuju transisi energi terbarukan.

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN telah ditunjuk untuk memimpin proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan total kapasitas mencapai 600 megawatt (MW) sebagai pengganti pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).

"Di tahap awal, produk ini akan kita fokuskan untuk menyuplai kebutuhan solar cell. Namun, dalam beberapa tahun ke depan akan difokuskan untuk semikonduktor," terang Jokowi di hadapan komunitas bisnis dari 20 negara anggota G20.

Adapun, panel surya terbuat dari batangan polisilikon ultra-konduktif yang diiris menjadi wafer setipis silet, disambungkan ke dalam sel dan kemudian dirakit menjadi peralatan yang dipasang di atap rumah atau di seluruh ladang energi yang luas.

Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi tenaga surya yang sangat besar yaitu mencapai 207,8 giga watt (GW). Namun pemanfaatannya baru 153,8 MW atau 0,07% dari potensi tenaga surya yang ada.

Jokowi mengatakan total potensi energi terbarukan yang dimiliki Indonesia mencapai 418 GW yang terdiri dari air, panas bumi, angin maupun matahari.

"Potensi di sektor energi terbarukan harus diikuti dengan skenario dan peta jalan yang jelas, termasuk pendanaan dan investasi," papar mantan Walikota Solo.

Terkait pembangunan fasilitas chip design, Indonesia sendiri pernah memiliki industri komponen chip semikonduktor yang dibuat oleh perusahaan multinasional Amerika Serikat, Fairchild Semiconductors dan National Semiconductors pada 1973.

Namun, kedua perusahaan asing tersebut hengkang pada tahun 1985. Akibatnya, Indonesia sampai saat ini menjadi pengimpor komponen chip terbesar.

Tahun lalu, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian melakukan pembicaraan bisnis dengan perusahaan semikonduktor asal Jerman,  Toolcraft AG, terkait dengan pengembangan industri semikonduktor.

Dengan adanya kerja sama bisnis tersebut, Indonesia diharapkan bisa menjadi salah satu suplier chip semikonduktor di tengah kelangkaan pasokan chip saat ini, yang diprediksi bakal terus berlanjut.

Jerman sendiri memiliki salah satu perusahaan semikonduktor paling canggih yang berpusat di Dresden bernama Bosch.

Perusahaan teknologi dan teknik ini membangun pabrik chip yang menggabungkan kecerdasan buataan (AI) dengan internet of things (IoT).

Pemerintah berharap dengan adanya pembangunan fasilitas chip semikonduktor yang akan dimulai tahun ini, kedepannya bisa mengurangi impor chip untuk kebutuhan panel surya, industri otomotif dan industri manufaktur lainnya.

Dengan Keketuaan Presidensi G20 tahun ini, Jokowi berjanji akan memberikan karpet merah kepada investor swasta global yang berminat membenamkan uangnya di pengembangan energi terbarukan.

Selain Singapura, Inggris, Uni Emirab Arab dan AS yang sudah menyatakan komitmen investasinya, dia berharap akan lebih banyak lagi investor yang tertarik untuk mengembangkan industri hijau di Tanah Air.

"Kami mengharapkan kontribusi B20 untuk mempercepat transformasi energi yang mulus tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat kecil. Kita mengundang investasi yang bisa mendorong nilai tambah yang saling menguntungkan," katanya. (TrenAsia.com)

Editor: Sutan Kampai

Related Stories