Nasional
Money Dysmorphia: Gangguan Finansial yang Sering Tak Disadari Banyak Orang
JAKARTA - Belakangan ini tampaknya semakin banyak istilah unik yang menjelaskan suatu tren dan fenomena tentang keuangan, salah satunya yaitu money dysmorphia. Seperti yang dilansir dari Huffington Post, money dysmorphia adalah suatu kondisi saat seseorang memiliki pandangan yang tidak realistis atau terdistorsi kondisi keuangannya.
Seseorang yang mengalami money dysmorphia melihat situasi keuangan dengan cara yang berbeda dari kenyataannya. Kondisi ini bisa disebabkan karena berbagai hal, mulai dari trauma finansial di masa lalu, tekanan sosial, krisis ekonomi, hingga pola asuh sejak kecil.
Money dysmorphia mirip dengan suatu kondisi ketika seseorang ingin bisa sejajar dengan orang lain secara sosial. Namun, orang tersebut tidak mampu untuk mengimbangi yang akhirnya justru membuat orang tersebut tidak merasa cukup baik.
- Menguak Jurus Jitu Jepang Bangkit dari Kehancuran Pasca PD II
- Dukung Sport Tourism Indonesia, BRI Hadir di MotoGP Mandalika 2025
- BRI Bantu UMKM Kuliner Padang Go Global Lewat Program Pemberdayaan Pengusaha Muda BRILiaN
Money dysmorphia kerap dialami oleh generasi muda, 43% Gen Z dan 41% milenial mengalaminya, daripada 25% Gen X dan hanya 14% orang berusia 59 tahun ke atas.
Ciri-ciri Terkena Money Dysmorphia

Money dysmorphia sering kali membuat seseorang percaya bahwa kondisi finansial mereka saat ini lebih buruk atau lebih baik daripada kenyataan sebenarnya.
Kondisi ini bisa terlihat lewat kebiasaan menabung yang berlebihan karena merasa tertinggal daripada teman sebayanya.
Padahal terlalu fokus menabung juga menimbulkan risiko lain, seperti melewatkan kesempatan untuk berinvestasi dan mengembangkan kekayaan.
Sebaliknya, bisa juga tandanya muncul dalam bentuk belanja atau pengeluaran secara berlebihan karena merasa finansialnya sedang aman, padahal tidak demikian.
Jika Anda mengalami money dysmorphia, Anda mungkin akan merasakan perasaan yang kuat terkait keuangan setiap kali melihat teman Anda meraih pencapaian finansial tertentu.
Perasaan ini bisa seperti sedih, stres, cemas, frustasi, rendah diri, atau justru terlalu percaya diri sehingga menimbulkan kerugian pada keuangan Anda, misalnya seperti belanja secara berlebihan untuk liburan.
Selain itu, ada tanda-tanda umum lainnya orang yang mengalami money dysmorphia, antara lain:
- Terlalu sering cek saldo rekening
- Menghindari diskusi tentang keuangan
- Sering membandingkan diri dengan pencapaian orang lain
- Memiliki persepsi yang keliru tentang kekayaan
- Takut melakukan kesalahan finansial
- Terlalu keras menilai keputusan keuangan sendiri
- Mudah stres memikirkan masa depan finansial.
Cara Mengatasi Money Dysmorphia
Lihat Kondisi Keuangan Secara Jujur
Evaluasi pendapatan, pengeluaran, utang, dan aset Anda secara apa adanya untuk memahami posisi finansial sebenarnya.
Tetapkan Tujuan Keuangan yang Jelas
Buat target spesifik yang ingin dicapai, misalnya menambah tabungan, melunasi utang, atau mulai berinvestasi.
Susun Rencana Keuangan Pribadi
Rancang langkah-langkah konkret menuju tujuan, termasuk alokasi anggaran dan jadwal evaluasi rutin.
Fokus pada Diri Sendiri, Bukan Orang Lain.
Hindari membandingkan pencapaian keuanganmu dengan orang lain, terutama di media sosial.
Gunakan Sistem Otomatis.
Jadwalkan transfer otomatis dari setiap gaji ke rekening tabungan agar lebih konsisten membangun dana.
Amati Pola Pikir dan Emosi Soal Uang
Sadari bagaimana perasaanmu terhadap uang setiap hari dan hindari pemicu yang membuatmu cemas atau merasa tidak cukup.
- Regional Treasury Team Medan Resmi Hadir, BRI Perkuat Dukungan Finansial untuk Dunia Usaha
- 11 Rekomendasi Drama Korea Tayang Oktober 2025
- Awas! 7 Risiko yang Mengintai Tubuh Anda Jika Konsumsi Mi Instan Setiap Hari
Itu tadi penjelasan mengenai money dysmorphia, pertandanya, serta cara mengatasinya.
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh pada 06 Okt 2025