Nasional
Pho, Mi Kuah Legendaris Vietnam: Jejak Sejarah dari Masa Kolonial hingga Mendunia
JAKARTA - Pho adalah salah satu kuliner yang membuat Vietnam dikenal di seluruh dunia, sebagaimana nasi goreng menjadi ikon makanan Indonesia.
Hidangan mi berkuah ini disajikan dengan sayuran serta pilihan daging yang beragam, seperti sapi hingga bebek, dan punya rasa khas berkat teknik memasak serta bumbunya yang berbeda dari mi kuah lainnya.
Kepopuleran Pho kini sudah mendunia. Menu ini tak lagi hanya bisa dinikmati di Vietnam, restoran Pho sudah tersebar di banyak kota besar karena jumlah penggemarnya yang terus meningkat.
- Bos Google Beri Peringatan: Jangan Percaya Begitu Saja Apa yang AI Katakan
- Tak Hanya Tom Cruise, Ini 8 Aktor Hollywood yang Tolak Gunakan Stuntman
- 5 Fitur di Smartphone yang Akhirnya Berakhir Jadi Gimmick
Jejak Kuliner Fusi Prancis–Vietnam
Menariknya, masyarakat Vietnam pada masa lampau tidak terbiasa mengonsumsi daging sapi. Perubahan ini terjadi pada pertengahan abad ke-19 ketika Prancis datang dan menjajah Vietnam. Saat itu, sapi dan kerbau lebih banyak dimanfaatkan sebagai hewan pekerja untuk membajak sawah ketimbang dikonsumsi.
Kehadiran kolonial Prancis memengaruhi pola makan masyarakat setempat. Selain memperkenalkan konsumsi daging sapi, mereka juga mendorong berkembangnya peternakan sapi sebagai sumber protein hewani. Dari sinilah tradisi kuliner baru mulai terbentuk, termasuk kehadiran banh mie yang kelak bertransformasi menjadi Pho.
Para ilmuwan dan pegiat kuliner menilai Pho merupakan hasil perpaduan masakan Prancis dan tradisi lokal Vietnam. Nama pho sendiri diperkirakan berasal dari istilah Prancis pot-au-feu, yang berarti “panci di atas api” sebuah hidangan rebusan daging. Dalam proses masak, potongan daging sapi yang dianggap kurang layak oleh masyarakat Prancis justru dimanfaatkan warga lokal sebagai bahan utama kaldu Pho.
Cita rasa Pho yang khas hadir dari perpaduan kaldu daging sapi dan rempah seperti adas, kayu manis, biji ketumbar, serta kapulaga hitam. Saat disajikan, hidangan ini diperkaya daun ketumbar segar, herba khas Vietnam, bawang merah, dan irisan cabai yang memberikan kesegaran sekaligus aroma kuat.
Perbedaan Pho Utara dan Selatan
Sejarah panjang Vietnam turut membentuk variasi rasa Pho. Pada 1954, negara tersebut terpecah menjadi Vietnam Utara yang berhaluan komunis dan Vietnam Selatan yang antikomunis. Perbedaan budaya kedua wilayah akhirnya tercermin dalam cita rasa Pho.
Pho Utara, terutama dari Hanoi, dikenal lebih sederhana, ringan, dan minim topping. Sebaliknya, Pho Selatan menawarkan porsi lebih besar serta rasa yang lebih manis, kuat, dan berlemak. Variasi ini tak lepas dari kondisi wilayah Selatan yang lebih subur sehingga kaya rempah dan tanaman herba.
Di Selatan, Pho biasanya disajikan dengan kecambah, daun kemangi, daun mint, dan ketumbar. Sementara di wilayah Utara, tambahan seperti jeruk nipis, cabai jalapeno, dan daun jeruk menjadi ciri yang memperkaya aroma kaldu.
Konflik politik dan perang saudara yang melibatkan Amerika Serikat pada era 1950–1970-an memicu arus pengungsian besar-besaran. Persebaran diaspora Vietnam ke berbagai negara seperti Prancis, Amerika Serikat, Australia, dan Inggris ikut memperluas popularitas Pho sampai ke mancanegara.
Resmi Diakui UNESCO
Puncak ketenaran Pho terjadi pada 2024, ketika pemerintah Vietnam menetapkannya sebagai kuliner nasional dan warisan budaya tak benda yang diakui oleh UNESCO. Deklarasi ini menegaskan bahwa Pho bukan sekadar hidangan, tetapi bagian penting dari perjalanan sejarah dan identitas bangsa Vietnam.
Kini, Hanoi dikenal sebagai kota kelahiran Pho, dan hidangan tersebut menjadi simbol persatuan masyarakat Vietnam. Pho tidak hanya menembus batas politik dan ideologi, tetapi juga sukses menjadi representasi jiwa serta budaya kuliner Vietnam di panggung dunia.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Ananda Astri Dianka pada 16 Nov 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 19 Nov 2025
