Program Makmur PKT Mampu Cetuskan Petani Milenial Sukses di Jember

Ilustrasi. PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) saat menemui petani di sawah (dok PKT)

Ada kisah sukses datang dari petani milenial asal Jember, Jawa Timur, Iqbal. Profesi yang ia tekuni memang terbilang tidak begitu diminati bagi kalangan milenial, yang kini lebih banyak sibuk dengan gadget.

Iqbal adalah petani milenial yang turut dibina oleh PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), yang merupakan perusahaan industri pupuk terbesar di Indonesia, melalui Program Makmur.

Kematangan keinginan Iqbal untuk terjun bergerak sebagai petani di era sekarang, memang patut dicontoh. Karena salah satu alasan dirinya memilih profesi menjadi petani di usia muda, karena ingin mematahkan stigma buruk mengenai profesi petani.

“Menjadi petani adalah suatu pengabdian karena selain ketekunan, regenerasi juga dibutuhkan. Apalagi, kehadiran modernisasi turut memberi peluang besar untuk digarap generasi milenial demi mengambil ceruk pasar yang sangat potensial lewat inovasi dan terobosan segar,” katanya dalam acara Talkshow yang diinisiasi oleh Demfarm.id dalam rangka peringatan Hari Menanam Pohon dengan tema Menjadi Petani Milenial via Zoom, Minggu 28 November 2021.

Iqbal juga menceritakan modal dasar menjadi petani adalah ilmu. Mulai dari mengetahui strategi, pasar, dan mengadopsi teknologi pertanian. Sehingga bertani tidak lagi menjadi pekerjaan yang berat semata.

“Jadi petani awalnya kita harus tau pasarnya. Punya strategi sejak awal. Jika kita paham dengan teknologi pertanian, kita lebih mudah dapat peluang untuk sukses, ini jadi latar belakang saya memilih menjadi profesi sebagai petani, kan tujuan dari kerjaan profit,” ujarnya.

Dari keterangan Iqbal dalam acara Demfarm tersebut, dalam satu tahun ia bisa melakukan empat kali panen dengan masa tanam selama 60 hari. Saat ini, kelompok tani milenial Iqbal berjumlah 100 petani.

“Saya mengajak generasi muda kembali bertani dan mengembangkan sektor pertanian Indonesia. Jika ditinjau dari pengalaman, menjadi petani malah pekerjaan yang paling diidamkan pada masa tua seseorang. Jadi kenapa tidak kita mulai saja dari muda,” sebut dia.

Bukan hanya Iqbal, Soraya Cassandra yang merupakan Founder Kebun Kumara juga memberikan paparan senada. Ia mengajak masyarakat untuk menjadi “petani milenial” dimulai dengan membuat kebun di rumah sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Kebun Kumara kami buat untuk mengajak lebih banyak teman Gen Z untuk memulai langkah kecil menjadi petani milenial di rumah sendiri dan membiasakan diri melakukan kebaikan untuk diri sendiri dan bumi,” katanya. 

Dalam kegiatan ini, Sandra berbagi tips berkebun agar terhindar dari hewan-hewan liar yang mengganggu tanaman. Misalnya untuk jenis serangga, Sandra menyarankan untuk menanam tumbuhan pengalih, seperti tanaman bunga basil, kemangi atau tanaman berdaun wangi lainnya.

“Suka duka berkebun itu ya salah satunya gangguan serangga. Tapi kalau belum gede intervensinya itu gak apa-apa, menandakan kebun kita itu sehat. Tapi kalau intervensinya udah gede dan tidak seimbang apalagi merugikan, kita bisa tanam tanaman ngalih. Sementara untuk hewan yang lebih gede seperti tikus, tutup semua jalan masuknya,” tegas dia.

Project Manager Program Makmur PKT, Adrian R.D. Putera, mengatakan program ini merupakan komitmen perusahaan dalam rangka meningkatkan pemberdayaan petani dan produktivitas pertanian di Indonesia.

Menurut Adrian, pihaknya akan terus mendukung dan melakukan pendampingan kepada petani milenial untuk meningkatkan produktivitas dengan cara-cara yang lebih kekinian.

Project Manager Program Makmur PKT, Adrian R.D. Putera

“Program Makmur kita laksanakan di sejumlah wilayah tanggung jawab distribusi PKT, seperti Jawa Timur, Kalimantan, dan Sulawesi. Program ini juga merupakan upaya PKT dalam meningkatkan penggunaan pupuk nonsubsidi dalam negeri, dengan menciptakan ekosistem untuk mendorong produktivitas dan kesejahteraan petani Indonesia, termasuk petani millennial,” jelasnya.

Untuk itu, Program Makmur dari PKT ini, turut memberikan ekosistem lengkap yang bertujuan meningkatkan produktivitas hingga penghasilan petani.

Ekosistem di sini menghubungkan petani dengan pihak project leader, asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, pemerintah daerah, agro input, ketersediaan pupuk non subsidi, dan offtaker.

"Jadi program makmur ini berlaku untuk semua petani, termasuk petani milenial. Harapan kami akan semakin banyak petani muda yang memajukan pertanian di daerah masing-masing sehingga cita-cita ketahanan pangan nasional bisa kita tercapai. Sektor ini butuh tenaga millennial,” ucapnya.

Petani menjadi salah satu profesi yang mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan hidup. Sebab, Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam yang sangat beragam.

Indonesia juga menjadi negara yang memiliki lahan pertanian terluas sehingga mayoritas profesi masyarakat Indonesia adalah bertani.

Namun, keberadaan petani semakin hari semakin berkurang karena minimnya minat generasi muda pada sektor pertanian. Menjadi petani masih dianggap sebagai profesi yang kurang cakap dan tidak bergengsi.

Untuk itu, Demfarm.id menggelar talk show bertema Cerita Petani Millennial, Mendapat Berkah dari Kebun pada 28 November 2021, bertepatan dengan peringatan Hari Menanam Pohon Nasional.

Kegiatan ini dilaksanakan secara daring dengan menghadirkan 100 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari blogger, journalist, dan masyarakat umum di wilayah Indonesia.

Talk show ini menghadirkan tiga narasumber dengan latar belakang yang berbeda, di antaranya Soraya Cassandra selaku Founder Kebun Kumara, Adrian R.D. Putera selaku Project Manager Program Makmur PKT, dan Iqbal sebagai perwakilan petani milenial binaan PKT.

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan minat generasi muda di bidang pertanian, dimulai dengan bercocok tanam dari rumah. Sehingga dengan munculnya minat tersebut, ke depan akan lahir petani-petani millennial yang sukses memajukan sektor pertanian Indonesia.

Editor: Sutan Kampai

Related Stories