Nasional
Tren Liburan Anti-Teknologi, Saatnya Rehat dari Layar
JAKARTA – Digital detox merupakan situasi di mana seseorang secara sadar menghentikan penggunaan perangkat digital seperti ponsel, komputer, maupun media sosial.
Langkah ini bertujuan untuk mengurangi paparan layar, meningkatkan kualitas hidup, serta memulihkan hubungan dengan lingkungan sekitar tanpa keterlibatan teknologi.
Meskipun sulit diketahui secara pasti kapan istilah ini pertama kali muncul, popularitasnya mulai meningkat pada awal tahun 2010-an. Hal itu seiring dengan kemajuan teknologi seperti maraknya penggunaan smartphone, jaringan 4G, perangkat Internet of Things (IoT), dan media sosial, dikutip dari Tech Target.
- 7 Cara Jitu Digital Detox untuk Anda yang Selalu Sibuk
- Link Nonton Drakor Second Shot at Love, Bukan di LokLok dan Oppadrama!
- Sambal Goreng Indonesia Dinobatkan Jadi Makanan Stir-fry Dishes Terbaik Versi TasteAtlas
Menurut data Statista, pada tahun 2010 jumlah pengguna media sosial masih di bawah 1 miliar. Namun hingga Februari 2025 jumlah ini telah melonjak menjadi 5,24 miliar. Secara umum, dekade 2010-an menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam kepemilikan smartphone.
Dari hanya 20,2% populasi yang memiliki smartphone pada 2010, menjadi 72,2% pada tahun 2020. Pertumbuhan ini terus memengaruhi cara penggunaan teknologi saat ini. Media sosial, yang dulunya hanya berfungsi sebagai sarana untuk terhubung dengan keluarga dan teman, kini telah berubah menjadi platform yang dipenuhi kampanye pemasaran serta membuka peluang kerja baru di bidang influencer dan pemasaran digital.
Demikian pula, ponsel yang awalnya hanya digunakan untuk berkomunikasi dengan orang terdekat, kini semakin menjadi alat pendukung pekerjaan. Menurut data Statista, 64% orang dewasa yang bekerja melaporkan bahwa mereka menggunakan ponsel pribadi mereka untuk keperluan pekerjaan.
Data ini menunjukkan adanya pergeseran dalam penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari dan dampaknya terhadap keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kelelahan mental atau burnout.
Dengan rata-rata warga Amerika menghabiskan 6 jam 45 menit setiap hari di depan layar, kebutuhan akan kesehatan digital dan program digital detox menjadi semakin mendesak, mendorong munculnya berbagai aplikasi untuk detoks digital.
Adapun, digital detox memberikan berbagai manfaat bagi kesejahteraan mental dan emosional dengan memberikan waktu istirahat dari aliran konten yang terus-menerus, siklus berita, dan tekanan untuk selalu terhubung. Manfaat-manfaat ini meliputi:
- Hubungan yang lebih sehat dengan media sosial.
- Meningkatan fokus dan produktivitas.
- Meningkatan kualitas tidur.
- Mengurangi stres dan kecemasan.
Mengurangi waktu layar mungkin terdengar mudah, namun bisa sulit tercapai karena begitu banyak aspek kehidupan kita yang bergantung pada perangkat yang kita gunakan. Aplikasi digital detox membantu mendeteksi di mana kita menghabiskan terlalu banyak waktu di layar, menetapkan tujuan dan batasan yang dapat dicapai, serta membantu menciptakan hubungan yang lebih sadar dengan teknologi.
Lepas dari Hal Digital
Dilansir dari Hotel News, keinginan untuk melepaskan diri dari keterhubungan digital semakin meluas di tengah dunia yang semakin terkoneksi. Meningkatnya popularitas retret digital detox, yang mendorong orang untuk menjauh dari perangkat elektronik selama masa tinggal mereka, menjadi bukti nyata dari tren ini.
Retret semacam ini memberikan jeda yang sangat dibutuhkan dari hiruk pikuk notifikasi yang terus-menerus, serta memberi kesempatan bagi individu untuk kembali terhubung dengan diri sendiri dan lingkungan di sekitar mereka.
Perjalanan tanpa koneksi digital menjadi salah satu tren menonjol tahun ini. Laporan Tren Hilton 2025 mencatat 27% orang dewasa yang merencanakan liburan berniat mengurangi penggunaan media sosial selama masa liburan mereka.
Selain itu, platform penyewaan rumah mewah global, Plum Guide, mencatat peningkatan sebesar 17% dalam pencarian properti yang minim teknologi atau bebas perangkat digital.
Bahkan, Grand Velas Resorts yang mewah di Meksiko telah meluncurkan Program Digital Detox lengkap dengan layanan “Detox Concierge” yang bertugas mengumpulkan semua perangkat elektronik saat tamu tiba.
Minat terhadap digital detox ini tidak hanya terbatas pada sektor perjalanan mewah. Ini merupakan tren yang terbuka untuk semua kalangan, tidak memerlukan biaya tambahan, dan hanya membutuhkan komitmen untuk mengurangi ketergantungan pada perangkat digital.
Meninjau Kembali Peran Teknologi
Meskipun teknologi kini menjadi bagian penting dalam urusan perjalanan, seperti pemesanan dan penyusunan agenda, kehadirannya yang terlalu dominan dalam pengalaman liburan justru bisa bertentangan dengan tujuan utama berlibur, yaitu relaksasi dan pelarian dari rutinitas.
Laporan dari It’s Time To Log Off menunjukkan rata-rata seseorang menghabiskan satu hari penuh setiap minggunya untuk online, dan 34% orang mengaku telah membuka Facebook dalam 10 menit terakhir.
Lebih mencengangkan lagi, sebanyak 62% orang dewasa menyatakan bahwa mereka tidak menyukai lamanya waktu yang mereka habiskan di depan ponsel. Permintaan untuk retret digital detox semakin meningkat, dengan akomodasi yang menawarkan pengalaman menginap tanpa teknologi
Salah satunya adalah Cool Places, situs web asal Inggris yang mengkurasi hotel, B&B, dan akomodasi dengan fasilitas sendiri. Menyadari peningkatan minat terhadap digital detox, situs ini mulai menambahkan label tanpa Wi-Fi pada daftar akomodasinya.
Namun, beralih dari gaya hidup yang sangat terhubung ke gaya hidup bebas teknologi bukanlah hal yang mudah. Berdasarkan penelitian yang bekerja sama dengan University of Greenwich dan University of East Anglia, para tamu awalnya merasa gelisah saat menginap dalam retret digital detox. Meskipun demikian, mereka perlahan menyesuaikan diri dan mulai terlibat dalam kegiatan lain.
Menciptakan Batasan untuk Kebebasan Digital
Melepaskan diri dari kecanduan digital merupakan tugas yang cukup sulit. Sebuah studi pada 2019 tentang pariwisata tanpa teknologi menemukan para pelancong awalnya merasakan kecemasan dan frustrasi ketika terputus dari perangkat mereka.
Namun, perasaan ini perlahan digantikan oleh penerimaan, kesenangan, dan rasa kebebasan seiring berjalannya waktu. Konsep retret digital detox bukan hanya sekadar melarikan diri dari teknologi, tetapi juga mendorong perubahan gaya hidup.
Misalnya, Samsú, sebuah bisnis kabin off-grid di pedesaan Irlandia, menyediakan lingkungan bebas teknologi bagi para tamu untuk menemukan kembali kreativitas dan kesadaran diri mereka.
Begitu pula dengan Unplugged, sekelompok kabin detox teknologi di Inggris dan Spanyol, yang bertujuan menjadikan pengalaman digital detox sebagai sesuatu yang diidam-idamkan, bukan sekadar kebutuhan yang terpaksa.
Tren digital detox mungkin merupakan respons terhadap dunia yang sangat terhubung saat ini, namun juga memberikan gambaran tentang masa depan di mana offline selama liburan menjadi hal yang biasa.
- AS Akui Kemenangan J-10 atas Rafale, Dunia Memantau Ketat Pertempuran Udara India-Pakistan
- Kinerja Emiten Properti Membaik, Tapi Harga Saham Masih Tertinggal
- Emiten Tambang Kemilau. LQ45 Ditutup Menguat 0,21 Persen
Baik itu resor mewah yang menawarkan Program Digital Detox lengkap, atau sebuah kabin sederhana di pedesaan tanpa Wi-Fi, permintaan untuk retret digital detox semakin meningkat.
Seiring semakin banyak orang yang menyadari manfaat dari memutuskan hubungan dengan dunia digital, meskipun hanya sementara, tren retret digital detox diperkirakan akan terus berkembang.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 10 May 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 14 Mei 2025