asuransi
Kamis, 07 Maret 2024 10:32 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Bullying atau perundungan pada remaja saat ini tengah banyak dibicarakan, apalagi setelah ramainya berita bullying yang melibatkan anak salah satu artis Tanah Air.
Meski begitu, ternyata bullying pada remaja sulit terdeteksi karena lukanya seringkali tidak terlihat. Terlebih bullying biasanya terjadi ketika orang tua tidak berada di sekitar. Hal ini tentu berbahaya mengingat efek psikologis bullying dalam jangka panjang.
Tantangan lain untuk mengidentifikasi bullying pada remaja adalah keputusan korban untuk diam. Biasanya karena mereka merasa malu dan ketakutan. Sehingga, remaja mungkin tidak ingin membicarakannya.
Oleh karena itu, orang tua perlu mendidik diri mereka sendiri tentang tanda-tanda bullying dan mengambil tindakan untuk mencegah masalah kesehatan mental.
Dikutip dari Newport Academy, bullying didefinisikan sebagai penggunaan intimidasi, agresi, atau kekuatan yang dirasakan untuk menciptakan rasa dominasi fisik atau emosional oleh satu atau lebih orang terhadap korban mereka.
Bullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk:
1. Verbal - menghina, ejekan
2. Emosional - mengejek dan merendahkan seseorang
3. Fisik - mendorong, memukul, dll.
4. Seksual - melecehkan orang lain melalui komentar seksual eksplisit, menyebarkan rumor tentang aktivitas seksual seseorang, dll.
5. Eksklusi - dengan sengaja mengisolasi atau mengabaikan seseorang
6. Agresi relasional - perilaku "frenemy" seperti berbicara negatif di belakang punggung orang lain
7. Cyberbullying - bullying online melalui media sosial atau pesan teks
Biasanya, bullying dilakukan di depan atau dengan bantuan sekelompok teman. Pelaku melakukan bullying terhadap korban dengan tujuan menegakkan dominasi dengan merugikan orang lain.
Berikut beberapa alasan mengapa anak-anak melakukan bullying terhadap teman sebaya mereka:
1. Iri dan dengki terhadap bakat atau persahabatan orang lain
2. Keinginan untuk memiliki kontrol
3. Kurangnya harga diri, menyebabkan remaja merendahkan orang lain dalam upaya untuk merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri
4. Masalah pengelolaan kemarahan
5. Kecenderungan narsistik, yang dapat muncul sebagai agresi ketika egonya terancam
6. Mencoba mendapatkan perhatian ketika mereka merasa terisolasi, kesepian, atau merasa tidak ada yang peduli tentang mereka
Penelitian menunjukkan beberapa dampak kesehatan mental dari bullying remaja:
1. Risiko meningkatnya kecemasan, depresi, dan trauma
Terlepas dari jenis bullying atau metode yang digunakan, anak-anak yang menjadi korban bullying biasanya merasa malu, kesepian, cemas, dan sedih.
Bullying adalah pengalaman traumatis yang dapat menyebabkan depresi di sekolah menengah. Sebuah studi menemukan bahwa masalah kesehatan mental empat kali lebih tinggi di antara anak laki-laki yang menjadi korban bullying dan 2,4 kali lebih tinggi di antara anak perempuan yang menjadi korban bullying.
Dan semakin sering seorang remaja menjadi korban bullying, semakin parah pula dampak emosionalnya.
2. Risiko tinggi bunuh diri
Bullying berkelanjutan dapat memicu ideasi bunuh diri dan percobaan bunuh diri. Sebuah studi terbaru menemukan bahwa bullying adalah faktor utama peningkatan bunuh diri remaja ketika siswa kembali ke sekolah tatap muka setelah pembelajaran online selama pandemi.
Kembali dari pembelajaran online ke pendidikan tatap muka dikaitkan dengan peningkatan tingkat bunuh diri remaja sebanyak 18%. Selain itu, korban bullying remaja secara online empat kali lebih mungkin mencoba bunuh diri dan menyakiti diri sendiri.
3. Rendahnya harga diri
Karena masa remaja awal dan remaja pertengahan adalah tahap hidup yang sangat formatif, bullying remaja dapat meninggalkan bekas lama pada psikis remaja. Dibully bisa menghancurkan rasa harga diri remaja dan dapat berdampak negatif pada kemampuan mereka untuk membentuk hubungan sehat dengan teman sebaya di masa depan.
Selain itu, bukan hanya korban bullying yang mengalami konsekuensi kesehatan mental jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa ketika orang membully orang lain, mereka berisiko lebih tinggi mengalami perilaku agresif dan antisosial, penyalahgunaan zat, keluar dari sekolah, aktivitas seksual awal, dan vonis pidana.
Untuk menjawab pertanyaan, "Apakah remaja saya menjadi korban bullying?" orang tua perlu memperhatikan perubahan perilaku remaja mereka. Remaja mungkin memiliki satu atau lebih gejala bullying, atau mungkin memiliki perubahan yang signifikan dalam perilaku lain.
Meskipun tanda-tanda bullying yang tercantum di bawah ini bukan jaminan bahwa seorang remaja sedang di-bully, mengetahui apa yang harus dicari dapat membantu orang tua mengetahui apa yang terjadi.
Tanda bahwa remaja Anda menjadi korban bullying termasuk:
1. Luka, goresan, atau memar yang tidak dapat dijelaskan
2. Barang yang hilang, rusak, atau robek
3. Hilang selera makan atau perubahan selera makan
4. Sakit perut, sakit kepala, atau keluhan fisik lainnya yang sering dirasakan
5. Berusaha untuk tidak pergi ke sekolah atau kegiatan sesudah sekolah
6. Minat berkurang pada sekolah, atau nilai yang buruk
7. Terlihat sedih, murung, atau depresi, terutama setelah sekolah
8. Menunjukkan perilaku cemas
9. Harga diri yang menurun
10. Menarik diri dari teman dan kegiatan sosial
Jika Anda melihat salah satu dari tanda-tanda ini, sangat penting untuk berbicara dengan remaja Anda tentang apakah mereka mengalami bullying fisik, bullying verbal, atau jenis perilaku bullying lainnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 24 Feb 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 07 Mar 2024
9 hari yang lalu
22 hari yang lalu