Anggaran Subsidi 2023 Naik Dua Kali Lipat, Totalnya Rp520 Triliun

Sri Mulyani dalam rapat bersama angoota DPR RI di Jakarta, 31 Mei 2022. (Tangakapan Layar Youtube DPR RI)

Pemerintah menetapkan anggaran subsidi dan kompensasi menjadi sebesar Rp520 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 203. Anggaran ini naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp206 triliun atau lebih dari dua kali lipat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani telah mengusulkan kenaikan anggaran subsidi dalam Rapat Paripurna ke-24 dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Sri meminta para fraksi DPR RI untuk menyetujui anggaran subsidi dan kompensasi yang bertujuan untuk mengendalikan inflasi tahun 2022 agar di bawah angka 4%.

“Kami meminta persetujuan DPR untuk menambah anggaran subsidi dan kompensasi Rp520 triliun,” ujar Sri Mulyani dalam pantauan di Youtube DPR RI, Jakarta, 31 Mei 2022.

Sri memaparkan tambahan anggaran ini digunakan untuk subsidi dan kompensasi mulai dari Bahan Bakar Minyak (BBM), listrik, hingga Liquefied petroleum gas (LPG). Tujuannya agar harga barang-barang itu tetap stabil di pasaran sehingga daya beli masyarakat dan momentum pemulihan ekonomi terjaga.

“Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berperan agar daya beli masyarakat tidak tegerus,” ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani menyebut pentingnya menekan laju inflasi pada tahun ini, berkaca dari inflasi di tingkat global seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa pada April 2022 yang mencetak rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Ditambah, beberapa negara berkembang yang laju inflasinya di atas 7%. 

“Inflasi Indonesia pada April 2022 cukup rendah dibanding dengan negara lain,” ujar Sri Mulyani.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebut laju inflasi tahun ini akan mempengaruhi proyeksi inflasi tahun 2023. Sementara itu, Indonesia harus menjaga momentum dengan prediksi pertumbuhan ekonomi global yang akan naik pada 2023.

Berbagai lembaga internasional jaga memperkirakan harga komoditas global pada 2023 akan melandai, meskipun masih relatif tinggi. Kemudian, laju inflasi global tahun 2023 lebih rendah dibandingkan dengan 2022 akibat pengetatan kebijakan moneter. (TrenAsia.com)

Editor: Redaksi
Bagikan

Related Stories