Nasional
Eropa Terpaksa 'Makan' Batu Bara, Rusia Hentikan Pasokan Gas
Penghentian pasokan gas oleh Rusia menyebabkan sejumlah negara Eropa mengalami krisis energi. Sangking krusialnya krisis yang diderita, sejumlah nergara bahkan berpikir untuk kembali menggunakan batu bara.
Adapun negara yang mengisyaratkan sinyal untuk kembali memanfaatkan batu bara sebagai sumber energi antara lain Jerman, Italia, Austria, dan Belanda.
Mengutip laporan CNBC, keempat negara ini mulai mengindikasikan bahwa pembangkit listrik tenaga batu bara dapat digunakan untuk mengkompensasi pemotongan pasokan gas Rusia.
Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck menjelaskan keputusan pemerintah untuk membatasi penggunaan gas alam dan membakar lebih banyak batu bara sebagai keputusan pahit.
Namun pilihan tersebut harus dilalukan lantaran pemerintah Jerman harus melakukan apa saja untuk menyimpan gas sebanyak mungkin menjelang musim dingin.
- Workshop Semen Padang Garap Proyek Rp9,97 Miliar di SBI dan Tonasa
- WIR Group Bakal Bangun Metaverse di 22 Negara Mediterania
- Minang Kayo Kembali Bangkit Usai Dihajar Pandemi Covid-19
- Harga Cabai Masih Selangit, Coba Cara Ini Biar Hemat Uang Belanja
“Tangki penyimpanan gas harus penuh di musim dingin. Itu memiliki prioritas utama,” kata Habeck seperti dikutip TrenAsia.com (Media Jejaring KabarMinang.id) Rabu, 22 Juni 2022.
Hal serupa dilakukan oleh Belanda. Pada Senin, Negeri Bunga Tulip ini mengatakan akan berada pada fase siaga dari rencana krisis energi dan menghapus batas produksi di pembangkit listrik tenaga batu bara untuk menggantikan gas.
Senada dengan Jerman dan Belanda, Italia dan Austria juga telah melaporkan rencana untuk mempertimbangkan membakar lebih banyak batu bara untuk mengimbangi penurunan tajam pasokan gas Rusia.
Sebelumnya, Benua Biru tengah mencanangkan bahwa wilayahnya akan bebas dari energi yang berasal dari bahan bakar fosil. Mereka beramai-ramai beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan, termasuk gas bumi.
Namun sayangnya, konflik Rusia-Ukraina tampaknya akan menunda rencana tersebut. Terlebih lagi, musim dingin akan segera datang sehingga permintaan pasokan energi bakal tumbuh lebit tinggi. (TrenAsia.com)