Fenomena Window Dressing di Akhir Tahun 2022, Cek Disini

Karyawan berkatifitas dengan latar layar monitor pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 8 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mengalami penurunan di awal bulan Desember 2022. Akan tetapi, momentum window dressing masih akan terjadi di akhir tahun 2022.

Window dressing adalah strategi yang digunakan oleh perusahaan sampai manajer portofolio lainnya.

Hal ini seiring dengan momentum musiman akhir tahun ini digunakan para fund manager untuk mempercantik portfolio-nya. Strategi tersebut pun sudah mulai dilakukan memasuki kuartal akhir, namun puncaknya ada di Desember.

Melihat kinerja IHSG pada bulan Desember dalam 20 tahun terakhir, return IHSG selalu positif dengan rata-rata 4,36% dan tertingginya pada Desember 2003 sebesar 12,12%.

Apabila ditarik rata-rata dalam 10 tahun terakhir, return yang dicatatkan IHSG sebesar 3,01% dengan tertingginya pada Desember 2017 sebesar 6,78% dan diikuti pada Desember 2020 sebesar 6,53%.

"Kalau kita coba tarik ke belakang di mana saat Indonesia dilanda pandemi pertama kali pada 2020, memang pertumbuhan investor cukup luar biasa. Bahkan, pergerakan market ditopang oleh investor retail," kutip riset Pilarmas Investindo, Senin, 5 Desember 2022.

Penurunan harga saham kala itu cukup menarik perhatian bahkan hingga mencatatkan kenaikan investor baru di mana menopang pertumbuhan pergerakan market.  

Memandang bahwa momentum musiman window dressing berpotensi meningkatkan daya tarik investor yang dapat kembali mempengaruhi dinamika pasar sebagaimana dalam beberapa bulan terakhir IHSG bergerak konsolidasi.

Pilarmas Investindo memprediksi saham yang berpotensi mengalami kenaikan di tengah momentum window dressing yaitu saham dengan likuiditas atau kapitalisasi pasar di atas Rp100 triliun.

"Serta diikuti oleh fundamental yang baik atau dalam hal ini masuk dalam kategori bluechip," kutip riset tersebut.

Hal ini bisa dilihat dari sejumlah indeks yang memiliki konstituen dengan fundamental baik seperti LQ45, IDX30 dan indeks dengan fundamental dan likuiditas baik lainnya.

Jika direview di sepanjang tahun ini, IHSG berhasil mencatatkan return sebesar 7% dengan sektor energi masih memimpin penguatan sebesar 84,25% dan diikuti saham industri sebesar 21,34%, transportasi dan logistik sebesar 12,57%, konsumen primer
sebesar 11,82% dan kesehatan sebesar 8,04%.

Sementara, sektor lainnya belum mampu outperform terhadap IHSG. Di samping investasi portfolio, investasi langsung pun tampak cukup optimis di dalam negeri.

Hal ini seiring dengan kuatnya kondisi makro ekonomi dalam negeri yang didorong oleh tingginya permintaan ekspor dan penguatan dollar di tengah sejumlah tantangan.

Bahkan, aliran modal asing yang masuk ke investasi langsung tumbuh cukup kuat di sepanjang tahun 2022 melihat ekonomi dalam negeri yang pulih, ekspansifnya perusahaan, potensi sumber daya alam yang besar dan market yang besar yang didukung oleh tingkat populasi yang tinggi.

Menurut riset Pilarmas, tahun depan pun yang dinilai akan cenderung sulit dengan potensi perlambatan ekonomi global, namun pemerintah masih optimistis dengan investasi langsung ke dalam negeri dengan target sebesar Rp1.400 triliun di 2023 dengan catatan adanya stabilitas politik menimbang tahun depan sudah memasuki tahun politik. (TrenAsia.com)

Editor: Egi Caniago
Bagikan

Related Stories