IMF Minta Bank-Bank Sentral di Asia Harus Segera Naikkan Suku Bunga

Ilustrasi suku bunga (Pixabay)

Lembaga Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menyarankan agar bank sentral di negara-negara Asia segera menaikkan suku bunga demi meredam inflasi.

Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan mengatakan saran itu dikemukakan seiring dengan tekanan inflasi yang meningkat akibat lonjakan harga makanan dan energi yang didorong oleh perang Rusia-Ukraina.

"Tekanan inflasi Asia yang tumbuh tetap lebih moderat dibandingkan dengan kawasan lain, tetapi kenaikan harga di banyak negara telah bergerak di atas target bank sentral," ujar Krishna dikutip dari laman IMF, Jumat, 29 Juli 2022.

Krishna mengatakan, beberapa negara perlu menaikkan suku bunga sesegera mungkin karena inflasi yang meluas ke harga inti sementara inflasi kategori makanan dan energi terus bergejolak.

Kenaikan suku bunga saat ini dinilai Krishna sebagai kebutuhan negara-negara Asia untuk mencegah spiral ekspetasi inflasi dan upah yang nantinya akan membutuhkan kenaikan lebih besar jika dibiarkan tidak terkendali.

Krishna menambahkan, sebagian besar negara berkembang di Asia telah mengalami arus keluar modal yang sebanding dengan yang terjadi pada tahun 2013, yakni saat imbal hasil obligasi global meroket.

Salah satu negara yang mengalami arus modal keluar dengan jumlah besar adalah India, yang telah mengeluarkan US$23 miliar (Rp341,92 triliun dalam asumsi kurs Rp14.866 perdolar Amerika Serikat/AS) sejak invasi Rusia ke Ukraina. Arus modal keluar yang besar pun terjadi di negara seperti Korea Selatan dan Taiwan.

"Pengetatan kondisi moneter akan membebani keuangan yang sudah memburuk di beberapa negara Asia dan membatasi ruang lingkup bagi pembuat kebijakan untuk meredam hantaman ekonomi dari pandemi," kata Krishna.

Krishna mengatakan, rasio utang negara-negara Asia terhadap total utang global menjadi 38% pandemi COVID-19 menghantam yang mana sebelumnya berada di level 25% sebelum terjadi pandemi.

Kenaikan rasio utang ini pun membuat kawasan Asia menjadi lebih rentan terhadap perubahan kondisi keuangan global.

"Beberapa negara Asia mungkin perlu mengambil langkah-langkah seperti intervensi valuta asing dan kontrol modal untuk memerangi arus keluar dana yang tajam, pungkas Krishna.

Sebagai informasi, menurut data Asian Development Bank (ADB), tercatat 10 negara Asia yang bank sentralnya  telah menaikkan suku bunga acuan sepanjang tahun 2022 berjalan dalam rentang Januari-14 Juli.

Di bawah ini, tercantum nama-nama negara Asia berikut dengan besaran kenaikan suku bunganya menurut laporan Asian Development Outlook yang diterbitkan Kamis, 21 Juli 2022:

  1. Sri Lanka: 1.000 basis poin
  2. Pakistan: 800 basis poin
  3. Kazakhstan: 500 basis poin
  4. Armenia: 400  basis poin
  5. Georgia: 300 basis poin
  6. Nepal: 250 basis poin
  7. Uzbekistan: 200 basis poin
  8. Korea Selatan: 175 basis poin
  9. Azerbaijan: 150 basis poin
  10. Hong Kong: 150 basis poin

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juli 2022.

Keputusan itu dilatarbelakangi oleh penilaian BI terhadap inflasi inti Indonesia yang masih terjaga di level 2,36% year-on-year (yoy).

"Inflasi inti 2,36% menunjukkan, meskipun permintaan di dalam negeri itu meningkat, tapi masih terpenuhi dengan kapasitas produksi nasional," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Pengumuman Hasil Rapat RDG BI, Kamis, 21 Juli 2022.

Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menyampaikan, meskipun inflasi inti masih ada di kisaran normal, tetapi BI perlu mengerek suku bunga untuk mengurangi tekanan pada rupiah.

"Dikhawatirkan kalau BI tidak menaikkan suku bunga sementara The Fed terus agresif menaikkan suku bunga, maka interest rate differential atau spread suku bunga akan semakin tipis yang bisa memicu keluarnya modal asing dan tekanan terhadap rupiah akan semakin besar," ujar Piter kepada TrenAsia beberapa waktu lalu.

Kemudian, Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto memprediksi BI baru akan mulai menaikkan suku bunga acuannya pada bulan September dan Desember masing-masing sebesar 25 basis poin.

"Kita perkirakan BI akan menaikkan suku bunga itu di September dan Desember masing-masing sebanyak 25 basis poin sehingga BI7DRR akan berada di posisi 4% pada akhir 2022," kata Rully dalam acara Mirae Asset Second Semester Market Outlook 2022 yang ditayangkan secara virtual beberapa waktu lalu.

Menurut Rully, BI akan mulai mempertimbangkan kenaikan suku bunga saat inflasi inti telah mencapai 3% yoy yang diperkirakan akan terjadi pada bulan September. (TrenAsia.com)

Editor: Redaksi
Bagikan

Related Stories