Strategi Bootstrap Diklaim Bisa Selamatkan Start Up dari Badai PHK

Ilustrasi start up (Pixabay)

Strategi bootstrap dinilai dapat menyelamatkan start up dari badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang sedang marak terjadi.

Istilah bootstrap dalam dunia bisnis  merujuk kepada strategi pengusaha yang memulai perusahaan dengan modal kecil dan tidak mengandalkan uang dari investor. Bisnis juga bisa dijalankan dengan sistem pre-order untuk memangkas modal.

Penulis buku The Art of Startup Fundraising, Alejandro Cremades, mengatakan bahwa bootstrap adalah  strategi yang bisa lebih menguntungkan karena pelaku usaha memiliki kendali penuh atas seluruh keputusan dalam perusahaan.

Cremades menyampaikan, dengan hanya satu atau dua pendiri, bagian ekuitas akan lebih besar ketimbang perusahaan melakukan penggalangan dana dan terus mengikis kepemilikan.

"Bahkan, dengan perusahaan dan pendapatan yang jauh lebih kecil, bagian Anda mungkin jauh lebih berharga dari mengumpulkan uang untuk mencapai US$1 miliar (Rp14,57 triliun asumsi kurs Rp14.569 perdolar Amerika Serikat/AS)," ujar Cremades dikutip dari Forbes, Jumat, 10 Juni 2022.

Start up penyedia platform pencarian Rumah Estately di Amerika Serikat berhasil mencapai valuasi sebesar US$1 juta (Rp14,57 miliar) dalam waktu delapan tahun sejak didirikan pada tahun 2006. Perusahaan ini didirikan secara bootstrap dengan modal awal US$4.000 (Rp58,2 juta).

Meski dinilai dapat memitigasi risiko badai PHK, strategi bootstrap tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan. Menurut Cremades, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi pelaku start up bootstrap, yang pertama adalah kehabisan dana.

Cremades mengatakan, saat menjalankan strategi bootstrap, sangat penting bagi pelaku start up untuk melakukan penganggaran yang cermat dan penuh dengan perhitungan.

Tantangan yang kedua berhubungan dengan pertumbuhan. Pendiri start up yang menggalang dana investor memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk meningkatkan skalabilitas bisnis dengan cepat, beda ceritanya dengan perusahaan rintisan yang tidak mengandalkan pendanaan.

Tantangan yang ketiga adalah porsi kerja. Cremades menegaskan bahwa para pelaku start up bootstrap perlu lebih bekerja keras. Bukan hal yang aneh jika pada awal-awal perusahaan berdiri, akan ada banyak karyawan yang harus mengisi lebih dari satu peran di perusahaan. (TrenAsia.com)

Editor: Redaksi
Bagikan

Related Stories