TEKNOLOGI
Ternyata Bumi Ada Denyutan Setiap 26 Detik
Mengapa Bumi berdenyut setiap 26 detik, dan mengapa para ilmuwan tidak dapat menjelaskannya setelah 60 tahun? Ini adalah teka-teki yang belum terpecahkan.
Pada awal 1960-an, seorang ahli geologi bernama Jack Oliver pertama kali mendokumentasikan denyut nadi, yang juga dikenal sebagai "mikroseisme."
Menurut Discover sebagaimana dikutip Popular Mechanics Senin 22 Februari 2022, Oliver yang bekerja di Observatorium Geologi Lamont-Doherty Universitas Columbia pada saat itu mendengar suara denyut tersebut, tetapi tidak memiliki instrumen canggih yang dimiliki seismolog sekarang.
Sejak itu para ilmuwan telah menghabiskan banyak waktu untuk mendengarkan denyut tersebut dan bahkan mencari tahu dari mana asalnya. Dan ternyata berasal dari “bagian Teluk Guinea yang disebut Teluk Bonny,” kata Discover.
- Soal Aturan Bea Materai Rp10.000 untuk Transaksi Saham, Ini Kata BEI dan Ditjen Pajak
- Benarkah Aset Kripto Bisa Mengancam Stabilitas Keuangan Dunia?
- Jakarta Auto Week Digelar Maret 2022
Tetapi perdebatan tentang penyebab denyut itu belum menemukan titik temu. Beberapa peneliti berpikir denyut memiliki penyebab biasa. Di bawah lautan itu adalah batas dari tepi yang sangat jauh.
Benua Amerika Utara di mana bagian tertinggi dari lempeng itu akhirnya jatuh ke dataran abyssal yang dalam. Para ilmuwan berteori bahwa ketika gelombang menghantam tempat tertentu di landas kontinen di Teluk Guinea, denyut nadi ini dihasilkan.
Peneliti lain berpikir penyebabnya adalah gunung berapi yang juga sangat dekat dengan titik tersebut. “Titik asal denyut nadi diduga dekat dengan gunung berapi di pulau São Tomé di Teluk Bonny,” Discover menjelaskan. Dan ada mikroseisme vulkanik serupa yang sudah didokumentasikan dengan baik di Jepang.
Para ilmuwan telah mempelajari denyut nadi dan memperdebatkan asal usulnya, tetapi itu belum mencapai titik kritis yang menarik untuk dipecahkan.
Pada tahun 2020 ahli seismologi mengambil kesempatan untuk mempelajari Bumi yang lebih tenang secara seismic sebagai akibat pembatasan global akibat pandemi. Belum ada kabar apakah penelitian tersebut mengungkapkan wawasan baru tentang kicauan misterius 26 detik tersebut. (TrenAsia.com)