Nasional
Awas! 5 Makanan yang Dapat Mengganggu Kesehatan Otak, Termasuk Sosis
JAKARTA – Tidak peduli berapa usia kalian, jenis makanan yang dikonsumsi dapat membawa dampak jangka panjang pada kesehatan otak.
Dr. Uma Naidoo, seorang psikiater gizi sekaligus pengajar di Harvard Medical School, meneliti bagaimana pola makan berpengaruh terhadap ingatan, konsentrasi, dan risiko penurunan fungsi kognitif.
Hasil penelitiannya menemukan bahwa beberapa jenis makanan dapat mengganggu keseimbangan bakteri usus, memicu peradangan pada otak, dan meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan memori dini maupun demensia.
- Baca Juga: Bibimbap, Hidangan Nasi Ikonik Korea yang Bisa Membantu Mengontrol Berat Badan dan Gula Darah
Dengan menghindari atau membatasi makanan tersebut, seseorang dapat menjaga ketajaman berpikir, meningkatkan kemampuan mengambil keputusan, serta mendukung kesehatan otak dalam jangka panjang.
Makanan yang Bikin Cepat Pikun
Dilansir dari Times of India, berikut makanan yang menyebabkan cepat pikun:
1. Gula tambahan
Otak memang membutuhkan glukosa sebagai sumber energi, tetapi jika dikonsumsi berlebihan, gula justru bisa merusak daya ingat dan menurunkan plastisitas hippocampus, bagian otak yang berperan dalam proses belajar dan mengingat.
Makanan olahan seperti soda, permen, dan kue atau minuman kemasan yang banyak mengandung sirup jagung fruktosa tinggi dapat membanjiri otak dengan glukosa secara berlebihan.
Dalam jangka panjang, kebiasaan ini juga mengganggu fungsi otak, tetapi juga meningkatkan risiko obesitas, resistensi insulin, hingga diabetes tipe 2, yang semuanya berdampak buruk pada kesehatan otak.
American Heart Association merekomendasikan agar wanita tidak mengonsumsi lebih dari 25 gram gula tambahan per hari, sedangkan pria sebaiknya tidak lebih dari 36 gram.
Membaca label nutrisi dengan cermat adalah langkah sederhana tetapi sangat penting untuk mencegah asupan berlebihan.
2. Makanan yang Digoreng
Makanan seperti kentang goreng, tempura, samosa, dan ayam goreng mungkin terasa lezat, tapi makanan ini menyimpan ancaman bagi kesehatan otak. Penelitian menunjukkan konsumsi makanan yang digoreng berlebihan berkaitan dengan rendahnya kemampuan belajar dan mengingat, serta meningkatnya risiko depresi.
Lemak tidak sehat dalam makanan yang digoreng juga bisa menaikkan kadar kolesterol, yang berpotensi mengurangi aliran darah ke otak dan mempercepat penurunan fungsi kognitif.
Mengurangi konsumsi makanan yang digoreng, misalnya dari setiap hari menjadi seminggu sekali atau sebulan sekali, dapat membantu melindungi fungsi otak dan mendukung kesehatan mental.
Sebagai alternatif, metode memasak yang lebih sehat seperti memanggang, mengukus, atau menggunakan air fryer bisa menjadi pilihan.
3. Karbohidrat dengan Beban Glikemik Tinggi
Karbohidrat olahan seperti roti putih, pasta, dan kentang rebus dalam porsi besar memiliki indeks glikemik tinggi yang dapat meningkatkan gula darah dengan cepat, serta berpotensi meningkatkan risiko depresi.
Makanan dengan indeks glikemik tinggi juga bisa memicu peradangan dan stres oksidatif yang dalam jangka panjang merusak sel saraf dan fungsi otak.
Memilih biji-bijian utuh, makanan tinggi serat, dan opsi dengan indeks glikemik rendah dapat membantu menurunkan risiko tersebut.
Menjaga kadar gula darah tetap stabil akan mendukung kesehatan otak, kestabilan suasana hati, serta kinerja kognitif. Mengonsumsi lebih banyak buah, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian utuh juga dapat meningkatkan daya ingat dan konsentrasi.
4. Alkohol Berlebihan
Meskipun konsumsi alkohol dalam jumlah sedang terlihat tidak berbahaya, penggunaan berlebihan dapat merusak fungsi otak dan meningkatkan risiko demensia.
Penelitian menunjukkan peminum berat maupun mereka yang sama sekali tidak mengonsumsi alkohol justru memiliki risiko demensia lebih tinggi dibanding peminum dalam batas wajar.
Alkohol juga bisa mengganggu kualitas tidur, penyerapan nutrisi, serta keseimbangan neurotransmitter, semuanya penting bagi daya ingat dan fungsi kognitif. Dr. Naidoo menekankan pentingnya memperhatikan konsumsi alkohol, terutama bila digunakan sebagai cara menghadapi stres.
Menjaga batas konsumsi, disertai hidrasi yang cukup dan pola makan seimbang, merupakan kunci untuk melindungi kesehatan otak dalam jangka panjang.
5. Nitrat dalam Daging Olahan
Bahan pengawet dalam daging olahan seperti bacon, salami, sosis, dan daging olahan lainnya dapat berdampak buruk pada bakteri usus, yang kemudian memengaruhi suasana hati dan fungsi kognitif.
Beberapa penelitian juga mengaitkan konsumsi nitrat dengan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan bipolar. Di dalam tubuh, nitrat bisa membentuk senyawa yang memicu stres oksidatif dan peradangan, sehingga merusak sel-sel otak.
Memilih produk tanpa nitrat atau lebih banyak mengonsumsi sumber protein nabati akan lebih mendukung kesehatan otak maupun tubuh secara keseluruhan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 30 Aug 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 17 Nov 2025
