Ini 3 Tambang yang Bikin Laba dan Pendapatan Merdeka Copper (MDKA) Melesat

Presiden Direktur PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), Tri Boewono (kiri) bersama dengan Komisaris MDKA Garibaldi Thohir (tengah) dan Komisaris Independen MDKA M. Munir (kanan) di sela Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPST dan RUPSLB) di Jakarta, Rabu, 29 Juli 2020. MDKA mencatatkan kinerja gemilang pada 2019 dengan diselesaikannya proyek ekspansi oksida di Tambang Emas Tujuh Bukit serta produksi emas dan perak perusahaan melampaui target 2019 dibandingkan dari tahun sebelumnya. Dalam RUPSLB hari ini, para pemegang saham MDKA menyepakati untuk melakukan pembelian kembali saham atau _buyback_ sebanyak-banyaknya 2% saham dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan dengan alokasi dana maksimal Rp 568 miliar dilaksanakan secara bertahap sampai paling lama 18 bulan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Emiten pertambangan, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) membukukan laba bersih perseroan mencapai US$96,79 juta atau Rp1,14 triliun (kurs Rp14.925 per dolar Amerika Serikat/ AS) pada enam bulan pertama tahun ini. 

Perolehan laba ini meroket 1.549% secara tahunan (year on year/ yoy) dari periode yang sama tahun lalu US$5,86 juta atau Rp83,82 miliar (kurs Rp14.285 per dolar AS).

Gemuknya laba bersih MDKA bersumber dari tumbuhnya pendapatan usaha perseroan. Hingga 30 Juni 2022, Merdeka Cooper meraup pendapatan sebesar US$341,40 juta atau setara dengan Rp5,09 triliun. Angka ini naik 152,11% dari semula US$135,41 juta atau Rp1,93 triliun pada 30 Juni 2021.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia, Senin 12 September 2022, ada tiga proyek yang menyumbang pundi-pundi pendapatan perseroan. 

1. Tambang Emas Bukit Tujuh

Proyek Tujuh Bukit menjadi kontributor terbesar MDKA menambang pendapatan. Tambang emas yang berlokasi di Banyuwangi, Jawa Timur ini menghasilkan pendapatan sebesar US$146,92 juta pada semester I-2022, tumbuh dari US$84,69 juta pada periode yang sama tahun lalu. 

Tambang emas yang berlokasi di Banyuwangi, Jawa Timur ini menelan investasi sebesar US$109 juta hingga 31 Maret 2022. Berdasarkan hasil eksplorasi Merdeka Copper, terkandung potensi bijih sekitar 1,8 miliar ton, yang terdiri atas 8,2 juta ton tembaga dan 28,6 juta ounce emas. 

Kandungan bijih kelas dunia tersebut dapat disandingkan dengan tambang Bukit Hijau di Sumbawa dan Grasberg di Timika, Papua. Proyek Tembaga Tujuh Bukit merupakan salah satu cadangan tembaga terbesar di dunia yang belum dikembangkan.

2. Tambang Tembaga Wetar

Selain itu, ada proyek tambang tembaga Wetar yang menghasilkan US$99,03 juta pada semester I-2022 dari US$49,54 juta pada periode yang sama tahun lalu. Tambang Tembaga Wetar dikelola oleh PT Batutua Kharisma Permai sebagai pemegang izin usaha pertambangan operasi produksi tembaga dan PT Batutua Tembaga Raya sebagai pemegang izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian hasil tambang menjadi katode tembaga. 

Kedua perusahaan tersebut (BKP-BTR) menjadi bagian dari Merdeka Copper sejak 2018 melalui akuisisi Eastern Field Developments Limited, pemilik mayoritas saham Finders Resource, perusahaan pertambangan asal Australia yang sebelumnya mengelola BKP-BTR. Tambang Tembaga Wetar terletak di Pulau Wetar, Maluku Barat Daya, dan menempati area operasi seluas 2.733 hektare, sekitar 1,07 persen dari Pulau Wetar yang memiliki luas 262.235 hektare.

3. Tambang Nikel Sulawesi Tenggara,

Proyek Nikel menyumbang sebesar US$94,11 juta pada semester I-2022. Pada 2022, melalui anak perusahaan PT Batutua Tembaga Abadi, MDKA mengakuisisi 55,3% kepemilikan PT Hamparan Logistik Nusantara (HLN) yang memiliki saham mayoritas PT J&P Indonesia (JPI), PT Zhao Hui Nickel (ZHN), dan PT Jcorps Industri Mineral (JIM).

JPI, melalui kepemilikan saham 51,0%, mengendalikan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang memegang Izin Usaha Pertambangan nikel seluas 21.100 hektare di Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. 

SCM merupakan sumber daya nikel terbesar di dunia yang belum dikembangkan dan direncanakan akan berproduksi pada akhir 2022. SCM mampu menyediakan pasokan bijih nikel selama beberapa dekade untuk baja tahan karat dan nikel untuk baterai. 

SCM memiliki skala yang luar biasa, dengan total sumber daya JORC (Joint Ore Reserves Committee) lebih dari 1,1 miliar dmt sebesar 1,22% Ni, mengandung 13,8Mt Nikel dan pada 0,08% Co mengandung 1,0Mt Cobalt.

Selain itu, JPI juga memiliki dua pabrik peleburan nikel Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang sudah berproduksi: PT Cahaya Smelter Indonesia dan PT Bukit Smelter Indonesia, dengan kapasitas produksi gabungan sebesar 38.000 ton nikel per tahun.  Sementara ZHN saat ini sedang membangun empat jalur RKEF dengan total kapasitas sekitar 50ktpa Ni yang diharapkan akan beroperasi pada kuartal kedua 2023.

Sedangkan JIM memiliki 32% saham atas Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP), perusahaan patungan dengan Tsingshan Holding Group yang akan mengembangkan kawasan industri nikel di masa depan di dalam area konsesi SCM.

Investasi nikel, kobalt, dan tembaga di masa depan akan dijalankan dengan kemitraan strategis baru antara Merdeka dan Hong Kong Brunp CATL (Contemporary Amperex Technology Co., Limited), pemasok baterai kendaraan listrik terbesar di dunia. (TrenAsia.com)

Editor: Redaksi
Bagikan

Related Stories