Ini Performa Digital Banking BRI vs BTN pada 2021

Ilustrasi aplikasi BTN (Dok BTN)

Layanan perbankan digital kian mendapat positif dari nasabah maupun masyarakat umum. Hal ini tercermin dari jumlah pengunduh, pengguna aktif, maupun indikator-indikator terkait lainnya dari masing-masing produk perbankan digital.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), misalnya, memiliki aplikasi mobile banking BRImo yang diluncurkan sejak Februari 2019. Platform digital banking  ini sudah digunakan oleh 14,2 juta pengguna pada akhir 2021. Angka ini melonjak 56,4% dari tahun sebelumnya yang sebanyak 9,1 juta user.

“BRImo memiliki Daily Active User (DAU) 3,05 juta pengguna dan Monthly Active User (MAU) 8,21 juta pengguna,” kata Direktur Digital dan Transformasi Informasi BRI, Indra Utoyo kepada TrenAsia.com, Rabu, 9 Februari 2022.

Imbas dari pertumbuhan jumlah pengguna aktif ini, pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) dari kanal digital (e-Channel) BRI tumbuh 19,5% sepanjang tahun lalu. Utamanya, disumbang oleh kenaikan jumlah transaksi BRImo dan kenaikan transaksi dari AgenBRILink.

Sepanjang tahun 2021, BRImo mengalami kenaikan volume transaksi sebesar 66,2% secara tahunan atau year on year (yoy) hingga 1,27 miliar transaksi. Adapun nilai transaksi mencapai Rp1,34 triliun atau tumbuh 581% dari tahun sebelumnya.

Sejalan, volume transaksi internet banking BRI juga tumbuh 43% pada 2021, dengan nilai mencapai Rp1,78 Triliun. Fee based income dari e-channel dan e-banking mencapai Rp6 miliar, atau tumbuh 8% dari tahun 2020.

Sementara, transaksi dari AgenBRILink atau layanan branchless banking BRI satu ini tumbuh 27,73% (yoy) pada 2021, dengan jumlah transaksi mencapai 929,38 juta dan sales volume mencapai Rp1.143 triliun.  FBI AgenBRILink mencapai Rp1,34 triliun atau tumbuh 15,8% YoY.

Dengan total 503.031 agen, AgenBRILink berkontribusi kuat kepada FBI perseroan sebesar Rp1,19 triliun atau naik 3,0% YoY.

“Pertumbuhan FBI dari e-Channel tahun lalu secara keseluruhan turut mendongkrak FBI BRI yang tumbuh 9% dari tahun 2020, atau mencapai Rp16,55 triliun,” tambah Indra.

Setiap tahunnya, BRI mengalokasikan sekitar 53% total belanja modal atau capital expenditure/ capex khusus untuk digital banking dan IT pendukungnya, atau sebesar Rp4,3 triliun pada tahun 2021 lalu.

Biaya IT dalam bentuk capex maupun opex tersebut sifatnya berkelanjutan, yakni sebesar 3-5% dari pendapatan atau 5-7% dari biaya per tahun.

RoI atau value dari investasi IT tersebut bisa dilihat dari beberapa aspek business outcome dan impact sesuai misi utamanya, di antaranya kecepatan dan inovasi produk dan layanan baru; peningkatan customer engagement (pertumbuhan kastemer dan transaksi dan penurunan complain); risiko yang semakin terkendali, serta peningkatan profitabililas.

Ke depannya, bank yang berfokus pada segmen UMKM ini akan terus meningkatkan CASA dan FBI dengan mengoptimalkan peran Agen BRILink dan pengembangan aplikasi pembayaran berbasis digital (BRImo, Digital Payment Ecosystem, Cash Management System, dan Branchless Banking).

Kinerja Digital Banking BTN

Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga mencatatkan pertumbuhan FBI dari transaksi e-Channel sebesar 38% pada 2021 lalu, dengan nilai Rp122,7 miliar. Ini setara 4,9% dari total FBI perseroan yang mencapai Rp2,47 triliun.

“Ini tidak terlepas dari pertumbuhan pengguna aktif Mobile Banking BTN sendiri, yang mencapai 710.370 nasabah (CIF) per akhir 2021, dari total 2 juta pengguna,” kata Direktur Operation, IT and Digital Banking BTN Andi Nirwoto kepada TrenAsia.com mitranya KabarMinang.id.

Dalam hal investasi digital banking, Bank yang berfokus pada segmen perumahan ini rata-rata mengalokasikan anggaran belanja sebesar Rp84 miliar, atau sekitar 34% dari total belanja modal IT tahunan yang sebesar Rp237 milyar.

“Ada beberapa variasi inisiatif stragis IT yang sedang berjalan di BTN dengan sebaran BEP / ROI ada di kisaran kurang dari 5 Tahun. Angka ini berbeda untuk masing masing insiatif stragegi yang berjalan,” tambah Andi

Editor: Sutan Kampai

Related Stories