Wasekjen PDIP Akan Sampaikan Persoalan Dirobohkannya Cagar Budaya Rumah Singgah Soekarno di Padang ke Megawati

Ketua umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan arahan kepada kepala daerah yang berasal dari PDI-Perjuangan (dok PDIP) (Istimewa )

Bangunan Cagar Budaya Rumah Singgah Soekarno yang ada di Jalan Ahmad Yani, Kota Padang, Sumatra Barat, dirobohkan dan telah rata dengan tanah. Kondisi ini mendapat perhatian serius dari Partai PDIP.

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PDIP Utut Adianto yang datang langsung meninjau lokasi bekas bangunan cagar budaya itu, mengatakan, sangat menyayangkan adanya perobohan bangunan cagar budaya yang bersejarah tersebut.

"Saya turun langsung ke Padang ini, untuk melihat kondisi bangunan cagar budaya yang merupakan Rumah Singgah Soekarno. Nantinya data serta terkait hal lainnya itu, akan saya sampaikan ke pimpinan partai yakni Bu Megawati selaku anak dari Soekarno," katanya di Padang, Selasa 21 Februari 2023.

Selain itu PDIP juga bakal membahas terkait dirobohkannya bangunan cagar budaya itu ke kementerian yakni Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Riset Teknologi RI, serta ke Kementerian Pariwisata.

"Menteri Nadiem dan Sandiaga Uno perlu tahu kondisi yang terjadi di Padang ini. Rumah Singgah Soekarno ini memiliki nilai yang sejarah yang berarti bagi Indonesia. Jadi bagaimana lebih lanjutnya, kita tunggu hasil pertemuan dengan dua kementerian dan arahan dari Bu Megawati nantinya," ujar Utut yang juga Ketua Fraksi PDIP DPR RI.

Diakuinya bahwa pimpinan PDIP yakni Megawati sudah mengetahui terkait adanya tindakan Pemko Padang merobohkan cagar budaya yang merupakan rumah yang pernah disinggahi oleh Presiden RI Soekarno ketika itu.

Namun PDIP belum bisa mengambil sikap, karena perlu memastikan dulu data-data dan informasi lebih lanjut terkait cagar budaya tersebut.

Utut menjelaskan dari sejarah yang dia ketahui terkait cagar budaya itu bahwa dulunya Soekarno pernah singgah di rumah yang kini dirobohkan tersebut.

Keberadaan Soekarno di rumah itu, tidak hanya sekedar singgah, tapi ada hal-hal penting lainnya terkait negara yang dilakukan oleh Soekarno selama berada di Padang.

"Hal yang sangat kita sayangkan itu. Kenapa Pemko Padang membiarkan hal ini. Seharusnya yang namanya cagar budaya itu ada pemeliharaannya, dan bukanlah malah dibiarkan saja, sehingga ada pihak yang merobohkan bangunan yang bersejarah ini," sebut dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang, Yopi Krislova, mengatakan, bicara kepemilikan bangunan tersebut bukan satu orang, tapi sudah berganti-ganti. Begitupun soal plang cagar budaya, juga tidak terpasang pasca gempa 2009.

"Dari hal ini, kedepan kita akan melakukan pendataan kembali cagar budaya di Kota Padang. Sehingga tidak ada lagi hal seperti ini terjadi kembali," tegasnya.

Selain itu, pemilik lahan Soehinto, mengaku tidak mengetahui bahwa lahan yang dibelinya tersebut merupakan cagar budaya atau merupakan rumah singgah Soekarno.

"Saya membelinya pada tahun 2017 lalu dari salah seorang yang mengaku punya lahan tersebut," katanya

"Saya tidak tahu kalau lahan dan bangunan yang saya beli itu cagar budaya. Karena Pemerintah Kota Padang mengeluarkan keterangan rencana kota (KRK). Nah kita bekerja atas dasar KRK itu," sambungnya.

Soehinto menyebutkan dengan adanya persoalan ini, dirinya akan melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Pemko Padang, terkait langkah-langkah yang akan dilakukan kedepannya.

Namun di satu sisi, Soehinto menyatakan bersedia bila lahan itu kembali dibangun replika Rumah Singgah Soekarno. Hanya saja, untuk mewujudkan itu, perlu ada penjelasan langkah kedepannya dari Pemko Padang.

"Ya seperti apa nantinya, saya menunggu apa rencana Pemko Padang nya," tegasnya.

Soehinto menyampaikan alasan dia merobohkan bangunan tersebut, karena ingin membangun restoran. Karena memang lokasi itu potensial untuk dikembangkan usaha restoran. (relis)

Editor: Egi Caniago

Related Stories